Jakarta, Aktual.coom – Pasukan militer Amerika Serikat (AS) secara tiba-tiba melancarkan serangannya kepada Irak, menyebabkan setidaknya dua orang kehilangan nyawa. Serangan udara tersebut dilakukan oleh AS di wilayah yang berjarak sekitar 60 kilometer selatan Bagdad, yang juga berbatasan dengan Suriah.
Berdasarkan pernyataan dari Komando Pusat AS (CENTCOM), pasukan Amerika Serikat (AS) melakukan serangan udara terhadap markas besar, tempat penyimpanan, dan lokasi pelatihan Ketaeb Hizbullah yang digunakan untuk pengembangan roket, rudal, dan drone satu arah.
Tindakan ini diambil sebagai respons terhadap serangan rudal balistik dan roket yang diluncurkan oleh kelompok pro-Iran terhadap pasukan AS di Irak.
“Pasukan militer AS melakukan serangan yang diperlukan dan proporsional terhadap tiga fasilitas yang digunakan oleh kelompok milisi Ketaeb Hizbullah yang didukung Iran dan kelompok lain yang berafiliasi dengan Iran di Irak,” ungkap Menteri Pertahanan Lloyd Austin dalam keterangan Selasa malam waktu setempat.
“Serangan presisi ini merupakan respons langsung terhadap serangkaian serangan yang meningkat terhadap AS dan personel koalisi di Irak dan Suriah oleh milisi yang disponsori Iran,” imbuhnya.
Dengan tegas ia menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak berniat memperburuk situasi konflik yang telah tegang di Timur Tengah, termasuk konflik antara Israel dan Gaza, serangan yang dilakukan oleh kelompok Houthi di Laut Merah, dan ketegangan saling serang antara Pakistan dan Iran.
Pernyataannya menegaskan bahwa tindakan ini sepenuhnya ditujukan untuk melindungi warga dan fasilitas Amerika Serikat di Irak.
Pasukan Amerika Serikat bersama dengan sekutu mereka di Irak, termasuk Suriah, telah menjadi target lebih dari 150 serangan sejak pertengahan Oktober.
Pihak Washington telah merespons dengan melakukan serangan balasan di kedua negara tersebut, termasuk serangan yang menyebabkan kematian seorang komandan yang berpihak pada Iran di Bagdad pada awal tahun ini.
Serangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) diketahui telah menimbulkan kekecewaan dari pemerintah Irak. Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani telah mengajukan permintaan agar koalisi yang dipimpin oleh AS meninggalkan negara tersebut.
AS telah menempatkan sekitar 2.500 tentara di Irak dan 900 tentara di Suriah sebagai bagian dari upaya untuk mencegah kebangkitan ISIS, yang sebelumnya menguasai wilayah yang signifikan di kedua negara tersebut.
Artikel ini ditulis oleh:
Yunita Wisikaningsih