Jakarta, aktual.com – Silaturahmi merupakan sebuah perbuatan yang sangat baik antara seorang muslim dengan suadaranya. Silaturahmi sangatlah dianjurkan selain untuk menambah rasa kasih sayang, silaturahmi juga bisa melapangkan rezeki
Maulana Syekh Yusri Rusydi Sayyid Jabr al-Hasani menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan silaturahmi (menyambung tali persaudaraan) yang bisa menambah keluasan rizki dan memanjangkan umur adalah ketika ada salah satu dari kerabatnya yang memutus tali persaudaraannya atau menyakitinya, akan tetapi ia tetap menyambung dan memuliakannya.
Hal ini menunjukkan bahwa ia telah benar-benar menjalankan perintah Allah Ta’ala, melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hawa nafsunya, dan menunjukkan kemuliaan akan akhlak dan budi pekertinya. Adapun orang yang menyambung tali persaudaraannya karena ia telah menyambungnya, dan ketika ia tidak menyambungnya maka iapun akan memutusnya, maka hal ini adalah sebuah balasan kebaikan dengan kebaikan dan keburukan yang dibalas dengan keburukan. Hal ini disebut dengan “imma’ah”, sebagaimana baginda nabi SAW melarangnya pada sebuah sabdanya.
Imam Bukhari meriwayatkan, bahwa baginda nabi SAW bersabda:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Bukanlah orang yang menyambung (tali persaudaraan) itu adalah orang yang membalas (silaturrahmi dengan silaturrahmi, dan memutus silaturrahim membalas dengan memutusnya), akan tetapi orang yang menyambung silaturrahmi adalah seseorang yang ketika diputus oleh rahimnya, maka ia akan tetap menyambungnya,” (HR. Bukhari).
Ketika seorang berbuat baik kepada kita, maka hendaklah kita membalasnya dengan kebaikan yang lebih, atau minimal membalasnya dengan kebaikan yang sama. Dalam hal ini Allah baginda nabi SAW bersabda:
وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
“Dan barang siapa yang berbuat baik untuk kalian, maka balaslah. Dan apabila kalian tidak memiliki sesuatu yang dijadikan sebagai balasannya, maka doakanlah dirinya, hingga kalian menganggap bahwa kalian telah membalasnya,” (HR. Abu Dawud).
Waallahu a’lam.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain