Saudaraku, marilah menyambut pagi seperti bening embun. Melebur dengan alam, menyegarkannya, dan memuai menembus langit makrifat. Kita pun menyatu dengan Tuhan, menguapi ulu jiwa dengan sembahyang, karena hati yang kering merapuhkan langkah; mudah roboh diterjang angin tekanan dan cobaan.

Sapalah pagi dengan senyuman. Kemurungan mengurung jiwa dalam selimut kemelut; tak kuasa melihat pijar sinar harapan.

Mulailah hari dengan nyanyian. Keluhan dan cacian mengasapi langit jiwa dengan kabut kecemasan dan permusuhan; tak sepertu burung yang merayakan sinar mentari dengan kicau keriangan.

Melangkahlah dengan rendah hati seraya penuh pengharapan. Keangkuhan menyempitkan horison penglihatan. Pesimisme melemahkan daya juang. Tanpa optmisme, hari-hari kita lalui tanpa dapat dimenangkan.

(Yudi Latif, Makrifat Pagi)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid