PM Malaysia, Anwar Ibrahim. Aktual/AFP

Kuala Lumpur, aktual.com – Pemerintah Malaysia resmi merevisi rencana pengurangan subsidi bahan bakar dan memilih menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya Perdana Menteri Anwar Ibrahim untuk meringankan tekanan ekonomi dan beban biaya hidup rakyat.

Dalam pengumuman yang disampaikan langsung lewat siaran televisi nasional pada Rabu (23/7/2025), Anwar menyatakan bahwa setiap warga Malaysia berusia 18 tahun ke atas akan menerima bantuan tunai sebesar 100 ringgit, setara sekitar US$24.

Tidak hanya itu, pemerintah juga mempertahankan subsidi untuk bahan bakar jenis RON95, yang merupakan bensin paling banyak digunakan di Malaysia. Harga BBM jenis tersebut diturunkan dari sebelumnya 2,05 ringgit menjadi 1,99 ringgit per liter bagi warga lokal.

“Langkah ini untuk memastikan rakyat tidak terbebani secara berlebihan akibat perubahan fiskal yang sedang kita laksanakan,” ujar Anwar dalam pidatonya.

Kebijakan baru ini diluncurkan untuk meredam dampak dari kenaikan pajak penjualan dan jasa (Sales and Services Tax/SST) yang mulai berlaku pada 1 Juli 2025. Pemerintah semula berencana mencabut subsidi RON95 bagi masyarakat kelas atas sebagai bagian dari program rasionalisasi subsidi. Namun, gelombang penolakan publik mendorong pemerintah menyesuaikan arah kebijakan.

Keputusan ini juga muncul di tengah kecaman tajam terhadap Anwar Ibrahim, yang dinilai gagal memberikan bantuan konkret di tengah tingginya harga kebutuhan pokok.

Buntut dari situasi tersebut, rencananya aksi unjuk rasa besar-besaran akan digelar di Kuala Lumpur pada Sabtu (26/7) mendatang. Polisi memperkirakan aksi tersebut, yang diorganisasi kelompok oposisi, akan diikuti oleh 10.000 hingga 15.000 peserta. Untuk menjaga ketertiban, aparat keamanan akan menurunkan sekitar 2.000 personel.

Kondisi dalam negeri Malaysia diperparah oleh ketidakpastian global. Negara yang sangat bergantung pada ekspor ini kini dihantui ancaman dari Presiden AS Donald Trump, yang berencana mengenakan tarif impor sebesar 25% terhadap produk Malaysia.

Meski begitu, langkah pelonggaran subsidi dan penyaluran BLT dinilai tepat oleh sejumlah ekonom. Afzanizam Abdul Rashid, Kepala Ekonom Bank Muamalat Malaysia, menyebut bahwa upaya konsolidasi fiskal sebelumnya telah memberikan ruang bagi pemerintah meluncurkan kebijakan populis ini.

“Bantuan tunai ini akan mendorong belanja konsumen dan membantu meredam dampak dari meningkatnya risiko eksternal,” ujarnya.

Kebijakan ini dinilai sebagai upaya jangka pendek pemerintah Anwar untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik dan menenangkan ketegangan politik. Namun sejumlah analis menilai, langkah ini bisa menjadi pedang bermata dua jika tidak diiringi dengan perbaikan struktural dan penguatan sektor riil.

Dengan tekanan dari luar dan dalam negeri yang terus meningkat, publik menanti apakah Anwar Ibrahim mampu menjaga keseimbangan antara populisme dan keberlanjutan fiskal di tengah tantangan global yang makin kompleks.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano