Jakarta, Aktual.co — Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan bidang penanggulangan bencana memberikan bantuan darurat bencana kepada Pemerintah Malaysia, berkaitan dengan banjir yang melanda negara tersebut pada Desember 2014.
“Simpati dan duka terdalam untuk korban, kerusakan akibat banjir di Malaysia. Kami yakin pemerintah dan rakyat bisa menangani dampak peristiwa ini,” kata Direktur Eksekutif AHA Centre Said Faisal berdasarkan siaran pers ASEAN kepada wartawan, Kamis (8/1).
Bantuan tersebut diberikan di Pusat Komando Bencana Nasional (NDCC), Pulau Meranti, Malaysia, dan diterima oleh Wakil Sekretaris Majlis Keselamatan Negara (MKN) Malaysia Ogu Salim bin Omar. Penyerahan itu juga dihadiri perwakilan Sekretariat ASEAN Adelina Kamal.
Adapun bantuan tersebut dimobilisasi dari Sistem Logistik Darurat Bencana untuk ASEAN (DELSA) yang berlokasi di Subang, Malaysia.
Bantuan dari AHA Centre untuk mendukung pemerintah Malaysia meliputi 538 tenda keluarga, 538 peralatan rumah tangga ASEAN, 498 perkakas berlindung, 1.000 gulung terpal, 2 unit penyimpanan bergerak (MSUs) dan 150 alat dapur.
Bantuan ini juga merupakan bantuan dari Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF).
Selain berupa benda, bantuan juga meliputi tenaga lapangan yang diterjunkan di bawah koordinasi dengan MKN untuk memberikan asistensi yang diperlukan.
Sementara itu, Pusat Operasi Darurat AHA Centre di Jakarta terus melakukan pengawasan terhadap situasi di lokasi dan berbagi informasi terbaru dengan negara-negara anggota ASEAN.
AHA Centre sendiri, dibentuk pada 17 November 2011 berdasarkan persetujuan pendiriannya pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke 19 di Bali.
Badan ini bertugas memfasilitasi kerja sama dan koordinasi di antara negara-negara anggota ASEAN, organisasi PBB dan internasional dalam mempromosikan kebijakan kolaborasi regional.
Sebelumnya, peristiwa banjir melanda sebagian besar wilayah Malaysia, seperti Kelantan, Terengganu, Perak, Kedah, Perlis, dan sejumlah wilayah lainnya yang mengakibatkan 100.000 orang mengungsi pada Desember 2014, jumlah pengungsi tertinggi dalam sejarah negara tersebut.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid