Jakarta, Aktual.com — Direktur Eksekutif Energi Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean mencatat, tinggal tersisa 5 bulan lagi maka pemerintahan Jokowi berumur genap 2 tahun pada Oktober mendatang.

Artinya sekarang telah 19 bulan terlampaui dengan kondisi yang tidak membanggakan dan justru telah terjadi penurunan kualitas pemerintahan, penurunan ekonomi, penurunan kondisi politik dan penurunan tingkat kepercayaan asing kepada Indonesia.

“Penurunan kepercayaan itu dapat kita lihat dari bagaimana pemerintah sulit mendapatkan pinjaman luar negeri dan berencana mengurangi APBN 2016 secara besar-besaran. Penurunan ekonomi terlihat jelas dari target pendapatan negara yang meleset jauh hingga bulan April lalu, penurunan ini tentu terjadi akibat tidak bergeraknya perekonomian dalam kata lain ekonomi stagnan,” kata Ferdinand, Rabu (25/5)

Kemudian dia memantau proyek-proyek infrastruktur yang diprogramkan oleh Jokowi sejak Oktober 2014 hingga kini, hampir tidak ada yang jalan sama sekali. Proyek infrastruktur yang berjalan sekarang masih hanya meneruskan proyek infrastruktur yang diwariskan oleh pemerintahan sebelumnya.

“Kita evaluasi secara satu-persatu mulai dari Tol Laut yang hingga kini tidak terlihat dan malah menggenjot Tol darat. Kereta Cepat Jakarta Bandung yang entah untuk apa juga jalan ditempat dengan segala masalahnya. Proyek listrik 35 GW yang diharapkan memutar uang seribu trilliun lebih ternyata tertidur dengan segala problemanya. Pembangunan jalur kereta api dibeberapa daerah juga baru sebatas wacana yang dalam bentuk kajian dan belum pada tahap realisasi,” paparnya.

Lebih lanjut program swasembada pangan yang digembar gemborkan selama ini, menurut Ferdinand sangat jauh panggang dari api, karena faktanya saat ini Indonesia tidak mampu menghentikan impor bahan makanan dalam jumlah yang semakin besar.

Permasalahan kesehatan rakyat melalui KIS juga tidak jelas bahkan BPJS hanya sukses menggaji direksinya ratusan juta perbulan tapi pelayanan kepada rakyat masih memprihatinkan, bahkan nasib para dokternya juga banyak yang belum terbayar.

“Janji ekonomi yang meroket pernah disampaikan pak Jokowi dengan gerakan tubuh yang meyakinkan, tapi sekarang faktanya ekonomi kita seperti mati suri, hidup dari hutang ke hutang tanpa mampu ciptakan pertumbuhan ekonomi ditengah masyarakat,” tambahnya.

Dia mengamati Ketidakmampuan pemerintah untuk membuat ekonomi bertumbuh semakin jauh dari harapan dan angan-angan, bahkan untuk mendapat pinjaman luar negeri sudah tidak dipercayai lagi, oleh sebab itu muncul ide dari pemerintah untuk menggadaikan aset negara sebagai jaminan untuk mendapatkan hutang guna membiayai operasional pemerintah yang terlihat dan tidak efektif.

Ferdinand menyebut perihal ini layaknya Jokowi sedang membangun istana pasir bagi dirinya, sebuah istana yang menjadi kebanggaan bagi diri sendiri dengan harapan bahwa semua infrastruktur ‘diatas kertas’ itu akan menjadi monumental dan menjadikan nama Jokowi besar diatas istana pasir.

Dia menyatakan kondisi saat ini bahwa Jokowi sedang mengorbankan aset negara untuk sebuah fatamorgana infrastruktur yang tidak nyata, sementara waktu efektif tersisa bagi Jokowi membangun semua itu tinggal satu tahun, karena setelah itu akan masuk dalam tahun politik.

“Pertanyaannya, mampukah Jokowi mengubah istana pasir itu menjadi istana batu dalam 1 tahun? Mampukah Jokowi merubah fatamorgana itu menjadi nyata dalam 1 tahun? Biarlah waktu yang menjawab, apakah Jokowi seorang Pemimpin atau seorang Pemimpi,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan