Jakarta, Aktual.co — Keraton Tayan di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat menggelar acara budaya ‘mandi bedil kerajaan’ dan ‘perang ketupat’ ke-II, Sabtu (25/10). Tradisi berlangsung turun-temurun ini disaksikan langsung Raja Tayan XIV Gusti Yusri.
Dalam sambutannya, Gusti Yusri mengatakan bahwa tradisi mandi bedil adalah acara memandikan barang-barang pusaka kerajaan, seperti keris, pedang, tombak maupun meriam. Adapun perang ketupat adalah masyarakat melempar ketupat antara masyarakat yang berada didaratan dengan masyarakat yang berada di atas sungai.
“Mandi bedil kerajaan bisa dilakukan di dalam keraton dan bisa juga di luar, tetapi tempatnya ditentukan, yakni di Muara Sungai Tayan persis diujung Tanjung (salah satu situs sejarah Kerajaan Tayan,” katanya.
Diungkapkan, mandi bedil ini dilakukan setiap tanggal satu Muharram. Namun dalam prosesnya juga bisa dilakukan secara tentatif, misalnya karena ada peristiwa yang melanda warga seperti kekeringan, wabah penyakit dan bala bencana.
Untuk perang ketupat, lanjut Gusti Yusri, merupakan bentuk simbolik terhadap upaya tolak bala yang kemungkinan melanda negeri (Kerajaan Tayan).
“Bentuknya saling melemparkan ketupat tolak bala antara warga di pinggir sungai dengan warga yang menggunakan motor air,” bebernya.
“Ketupat tolak bala tersebut bentuknya berbeda dengan ketupat pada umumnya. Ketupat yang diserahkan itu, penyisihan dari hasil panen dan hanya 21 buah setiap kepala keluarga,” lanjut dia.
Artikel ini ditulis oleh: