Ratusan ikhwah toriqoh ikuti gelaran peringatan Maulid Nabi Muhammad Shalalahu alaihi wassalam, di Zawiyah Arraudhah, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (9/11). FOTO: AHMAD WARNOTO / AKTUAL

Jakarta, aktual.com – Maulana Syekh Yusri Rusydi menjelaskan tentang manfaat dari pada hadir sebuah majlis ini diantaranya adalah agar kita lebih mengenal kepada Rasulullah Saw.

Sehingga ketika kita semakin mengenalnya, maka kita akan semakin bertambah keterikatan dan kecintaanya. Dimana ketika kita sudah terikat dan semakin cinta, maka kita akan berakhlak seperti akhlak baginda Nabi Muhammad SAW, sehingga kita menjadi orang yang memilik derajat yang mulia ketika di sorga nanti. Sebagaimana Rasulullah Saw,

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّى مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا

“Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat kedudukannya dariku di hari kiamat nanti adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian,” (HR. Turmudzi).

Allah telah memuji Nabinya di dalam Al-Qur’an,

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya engkau wahai Muhammad telah memiliki akhlak yang sangat agung,” (QS. Al qolam:4 ).

Sebagaimana baginda Nabi telah meringkaskan dakwahnya,

بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ حُسْنَ الأَخْلاَقِ

“Saya telah diutus untuk menyemppurnakan akhlak yang baik,” (HR. Imam Malik).

Maka sesungguhnya akhlak yang baik adalah merupakan ibadah yang sangat besar pahalanya, karena merupakan salah satu tujuan akan diutusnya Rasulullah Saw.

Syekh Yusri mengatakan, memperbaiki akhlak adalah termasuk ibadah yang ditinggalkan pada zaman ini. Orang sekarang lebih melihat ibadah yang sifatnya fisik, yaitu ibadah yang diukur dengan materi. Berapa raka’atkah dia shalat dalam sehari semalam, berapa kalikah ia berpuasa sunnah, berapakah masjid yang telah ia bangun, dan lain sebagainya. Akan tetapi dia lupa untuk beribadah kepada Allah dengan cara berakhlak yang mulia.

Berapa kali kita bermuka musam di hadapan seorang muslim?. Berapa kali pula kita mencaci maki seorang muslim? Serta berapa kali kita mengambil hak orang lain?. Dimana Rasulullah Saw telah bersabda,

اتَّقِ الْمَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ

“Jagalah kalian dari sesuatu yang haram, maka kalian akan menjadi hamba yang paling ahli ibadah,” (HR. Turmudzi).

Maka hendaklah kita memperhatikan ibadah yang satu ini, ibadah yang tidak kalah pentingnya dengan ibadah-ibadah dzahir lainnya. Ini adalah merupakan sunnah dari baginda Nabi kita Muhammad SAW, yang harus senantiasa kita hidupkan. Rasulullah Saw telah bersabda,

مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِى قَدْ أُمِيتَتْ بَعْدِى فَإِنَّ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلَ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا

“Barang siapa yang menghidupkan sunnah dari sunnahku yang telah ditinggalkan olehku, maka baginya pahala seperti orang yang menjalankannya tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka,” (HR. Turmudzi).

Dengan akhlak, Rasulullah dicintai oleh semua makhluk Allah Swt. Musuhnya pun mengakui akan kemuliaan akhlak baginda, sehingga mereka mencintai dan memeranginya dalam satu waktu.

Tidak ada satupun dari mereka yang mampu mencela Nabi dari segi akhlaknya, bahkan sebelum beliau diutus sekalipun. Beliau sudah dikenal dengan julukan Al-Amin yang artinya orang yang amanah. Sayyiduna Ali Ra mengatakan,

مَنْ رَآهُ بَدِيهَةً هَابَهُ وَمَنْ خَالَطَهُ مَعْرِفَةً أَحَبَّهُ

“Barang siapa yang melihat baginda Nabi sekilas, maka ia akan takut akan karena kewibawaannya, dan barang siapa yang bersamanya maka akan mencintainya,” (HR. Turmudzi).

Dimana cinta ini tidaklah ada melainkan karena akhlak baginda yang menghiasinya.

Wallahu A’lam

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain