Dahnil juga mendapat laporan dari rekan-rekannya di Sumatera Utara. Suatu saat Muqoddas sedang dalam kondisi tak enak badan, namun dia tetap pergi berceramah di depan Bupati. Selesai ceramah, Bupati memberikan amplop tebal. Namun Muqoddas menolak amplop itu karena ongkos dari Muhammadiyah sudah cukup baginya.

Cerita ketiga, saat Busyro Muqoddas selaku adik Muhammad Muqoddas terpilih menjadi anggota Komisi Yudisial (KY). Warga Muhammadiyah Nitikan Yogyakarta membuat syukuran dan diisi ceramah oleh Muhammad Muqoddas. Dalam ceramahnya, sang kakak mengingatkan sang adik.

“Busyro, kamu akan berangkat ke Jakarta untuk memikul beban yang ditugaskan negara. Busyro kamu jangan korupsi, sekali lagi jangan korupsi. Jangan memalukan keluarga. Jangan memalukan Muhammadiyah,” tutur Dahnil menirukan kalimat Muhammad Muqoddas saat itu.

Di Muhammadiyah, tambah Danhil, sosok Muqoddas menjadi seperti “polisi integritas”. Jika coba-coba melenceng dari akhlak Islam, Akhlak dakwah Muhammadiyah, maka bersiap akan mendapat teguran keras dari almarhum.

“Selamat jalan ayahanda, penghuni surga pasti menunggu dan bergembira menyambutmu. Biar kami kenang dan teladani akhlakmu,” pungkasnya.

Laporan: Nailin in Saroh

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid