Jakarta, Aktual.com – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bakal memberdayakan warga dan membangun sejumlah sarana infrastruktur yang bermanfaat guna mencegah fenomena “stunting” atau kekerdilan di Tanah Air.

“Indonesia masih mengalami fenomena stunting. Ditunjukkan dengan adanya kondisi kerdil pertumbuhan khususnya balita,” kata Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Sri Hartoyo di Jakarta, Selasa (6/2).

Menurut Sri Hartoyo, hal itu akan berpengaruh terhadap pertumbuhan si anak dan akan berdampak kepada produktivitas.

Ia mempaparkan, karena stunting juga dipengaruhi faktor gizi secara spesifik dan insentif, maka Kementerian PUPR sesuai domainnya juga akan membangun infrastruktur air bersih dan sanitasi guna mengatasi persoalan stunting.

Mengenai sebaran lokasi, ucapnya, secara nasional ada 100 kabupaten/kota yang ditangani untuk penanganna stunting.

“Kami akan mengapikasikan program yang sudah ada seperti di bidang sanitasi khususnya pengelolaan air limbah yang diperuntukkan pada kawasan kumuh dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat,” kata Dirjen Cipta Karya.

Sri Hartoyo mencontohkan, jenis kegiatan adalah mengelola air limbah di pedesaan dengan membuat tangki septik individual, tangki septik komunal, atau kombinasi antara keduanya.

Ia juga mengemukakan, selain tangki septik juga perlu dipastikan ketersediaan air bersih sehingga dalam satu lokasi ada dua program simultan yaitu penyediaan air bersih dan penyediaan sarana sanitasinya.

Program lainnya adalah Pamsimas (penyediaan air minum berbasis masyarakat) untuk mencapai akses air aman minum 100 persen yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat.

Sebelumnya, Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menyatakan pemerintah harus mengupayakan pengendalian harga pangan dalam rangka mengentaskan fenomena stunting yang merebak di Tanah Air.

“Banyak orang yang tidak mampu menyediakan pangan bergizi dikarenakan harganya yang mahal. Hal ini berdampak pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan,” kata Kepala Penelitian CIPS Hizkia Respatiadi.

Padahal, Hizkia mengingatkan bahwa pemenuhan gizi pada 1.000 hari pertama bagi kehidupan anak sangat penting untuk masa depannya.

Berdasarkan data dari Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek yang disampaikan dalam Rapat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan tentang stunting pada pertengahan tahun 2017 lalu, sebanyak 9 juta anak Indonesia atau 37,2 persen menderita stunting.

Sedangkan menurut data dari Bank Dunia, Indonesia berada di posisi kelima dunia dalam jumlah anak dengan kondisi stunting. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 178 juta anak di bawah usia lima tahun di seluruh dunia pertumbuhannya terhambat karena stunting.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Antara