Jakarta, Aktual.com – Masifnya penerbitan surat utang negara (SUN) oleh pemerintah membuat pasar obligasi korporasi terancam tak laku. Pasalnya, pelaku pasar masih melihat faktor penjaminan seperti yang ada di SUN.
Menurut analis Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Hendro Utomo, jika dibandingkan dengan SUN, obligasi korporasi memang kalah menarik. Makanya jika pemerintah kian masif menerbitkan SUN, jadi tantangan berat bagi obligasi korporasi.
“Kondisi ini memang sudah berjalan beberapa lama karena pemerintah dalam beberapa tahun ini banyak terbitkan SUN. Memang menekan laju surat utang korporasi, tapi ruang masih tetap ada,” kata dia di Jakarta, Selasa (21/11).
Dia menegaskan, salah satu yang membuat obligasi korporasi masih ada karena adanya beberapa obligasi korporasi terutama milik BUMN wajib dimiliki oleh asosiasi tertentu yang mengelola dana masyarakat, seperti dana pensiun.
“Karena ada regulasi di POJK yang mengatur seperti dana pensiun atau asuransi untuk memiliki surat utang itu di portofolio investasinya. Jadi itu peluang bagi surat utang korporasi,” katanya.
Namun tetap ada risiko, salah satunya terkait dengan kondisi makro perekonomian seperti jika pertumbuhan ekonomi kurang stabil maka akan jadi ancaman besar.
“Risiko lainnya adalah risiko mata uang, risiko kredit, dan risiko emiten. Artinya kalau emiten itu masih belum terkenal maka akan menjadi risiko pasar,” kata dia.
Untuk tahun depan, diperkurakan kororasi akan menerbitkan surat utangnya mencapai Rp155 triliun-Rp158,5 triliun. Itu belum dipengaruhi oleh utang-utang yang jatuh tempo. Itu pun dengan asumsi perekonomian stabil.
Seeang untuk tahun ini, bisa saja sampai Rp150 triliun. Apalagi per Oktober 2017 ini mencapai Rp137 triliun. “Dan masih bisa naik. Tapi tergantung di November dan Desembernya seperti? Karena saat iji suku bunga rendah maka itu jadi dasar emiten banyak keluarkan surat utang,” jelas dia.
Busthomi
Artikel ini ditulis oleh: