Peneliti Utama LIPI Siti Zuhro saat diskusi Dialektika Demokrasi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/10). Diskusi tersebut bertema Menguji Integritas Lembaga Survey Jelang Pilkada. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww/16.

Jakarta, Aktual.com – Pemerintahan Jokowi-JK diminta untuk segera merespon sejumlah persoalan yang terjadi di tengah masyarakat ikhwal keberadaan tenaga kerja maupun maraknya wisatawan asal China yang ada di Indonesia.

Sebab, jangan sampai sikap diamnya pemerintah justru dianggap sebagai pembiaran atau bahkan malah bisa dianggap justru sebagai pihak yang membuat kondisi tersebut.

Demikian disampaikan Peneliti Utama Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Siti Zuhro (Wiwi), di Jakarta, Selasa (20/12).

“Sikap diam pemerintah di tengah banyaknya isu berkembang seperti soal tenaga kerja kasar dari Cina, wisatawan dari Cina, pembangunan untuk masyarakat Cina, masuknya narkoba melalui kontraktor pembanguna Cina, termasuk isu masuknya paham komunis Cina ke Indonesia,” kata Zuhro.

“Jika masyarakat menuduh pemerintah membiarkan saja sudah berbahaya apalagi jika berkembang isu bahwa justru pemerintah lah yang melakukannya,” tambah dia.

Wiwi mengaku heran di tengah gempuran masyarakat Cina di Indonesia hingga isu masuknya paham komunis Cina di NKRI tidak satu pihakpun yang bertanggungjawab memberikan pernyataannya.

“Seharusnya Menkumham bisa menjelaskan berapa banyak turis Cina yang masuk ke Indonesia, berapa banyak yang bekerja di Indonesia. Menakertrans juga seharusnya bisa menjelaskan berapa banyak tenaga kerja legal dan ilegal dari Cina,”papar dia.

“Begitu juga Menlu harus bisa menjelaskan bagaimana hubungan Cina dan Indonesia. Sejauh mana juga isu peperangan kepentingan kapitlisme lama seperti Amerika melawan kapitalisme baru seperti Cina yang ada di Indonesia, hingga pada Jubir (Juru Bicara presiden) pun pemerintah pun diam saja,ā€¯keluhnya.

Masih dikatakan profesor riset itu, prihatin lantaran pembangunan saat ini tidak lagi berpihak pada bangsa sendiri. Sebab, bangsa yang besar ini tidak memiliki saringan atau filter terhadap pengaruh apapun dari asing.

“Gak usah jauh-jauh, kalau kita mau masuk Singapura saja, muka petugas imigrasinya tidak bersahabat. Masak masuk Indonesia yang adalah negara yang jauh lebih besar dari Singapura semua bebas masuk tanpa filter?Perbatasan baik di darat, laut dan udara harus dijaga ketat,” tandasnya.[Novrizal Sikumbang]

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang
Andy Abdul Hamid