Palo Alto, Aktual.com – Pendiri dan CEO Meta Mark Zuckerberg mengungkapkan kalau semua otoritas keamanan di Amerika Serikat (AS), termasuk Badan Intelijen CIA dapat membobol seluruh pesan WhatsApp (WA) melalui jarak jauh ke perangkat pengguna di seluruh dunia. Bahkan CIA dengan mudah menerobos pesan WA yang terenkripsi end-to-end tersebut.
Seperti dilansir dari Russia Today, hal itu diungkapkan Mark saat berbicara di Podcast Joe Rogan Experience. Mark juga mengatakan pesan terenkripsi di-WhatsApp hanya sementara mencegah perusahaannya, yakni Meta untuk melihat konten pesan, namun hal itu tidak melindungi terhadap akses fisik ke smartphone pengguna.
Komentar Mark muncul dalam konteks pertanyaan Joe Rogan tentang upaya Tucker Carlson untuk mengatur wawancara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pada Februari 2024, saat berbicara tentang keberhasilannya berbicara dengan Vladimir Putin setelah gagal tiga tahun sebelumnya, Tucker Carlson menyalahkan otoritas AS, yaitu Badan Keamanan Nasional NSA dan CIA, karena menghambat upaya tersebut.
Menurut Carlson saat itu, NSA dan CIA memata-matainya dengan menyadap pesan WhatsApp dan emailnya, bahkan keduanya akan membocorkan ke media, dengan tujuan membuat Moskow takut untuk diwawancarai Tucker Carlson.
Joe Rogan lalu meminta Mark Zuckerberg menjelaskan bagaimana hal ini bisa terjadi mengingat adanya end-to-end encryption yang seharusnya melindungi pesan pengirim dan juga penerima. ”Hal yang sangat bagus dari enkripsi ujung-ke-ujung adalah membuatnya agar perusahaan (Meta) yang mengoperasikan layanan tersebut tidak melihatnya. Jadi, jika Anda menggunakan WhatsApp, tidak ada titik di mana server Meta melihat seluruh isi pesan tersebut,” kata Zuckerberg.
Mark menambahkan, jika seseorang meretas basis data Meta, mereka (peretas/hacker) juga tidak dapat mengakses teks pribadi pengguna. Aplikasi pesan instan Signal, yang digunakan Tucker Carlson, juga menggunakan enkripsi yang sama, sehingga menurut Mark Zuckerberg, aturannya pun sama.
”Enkripsi tidak menghentikan penegak hukum untuk melihat pesan yang tersimpan di perangkat. Yang mereka lakukan adalah mengakses smartphone Anda. Jadi, tidak masalah jika ada yang dienkripsi, mereka bisa melihatnya dengan jelas,” ungkap Mark.
Diungkap Mark pula, alat penyadap seperti Pegasus yang dikembangkan perusahaan Israel NSO Group, dapat dipasang secara diam-diam di smartphone untuk mengakses seluruh data pribadi pengguna.
Menurutnya, fakta bahwa pesan pribadi pengguna dapat terancam karena pembobolan langsung perangkat seperti Pegasus merupakan alasan Meta menghadirkan ’Penghapus Pesan’, yang memungkinkan seseorang menghapus rangkaian pesannya setelah jangka waktu tertentu.
”Jika seseorang telah membobol smartphone Anda, dan mereka dapat melihat semua yang terjadi di sana, maka jelas mereka dapat melihat data pribadi yang masuk. Jadi, mengenkripsi dan menghilangkannya, menurut saya, merupakan standar keamanan dan privasi yang cukup baik,” tegas Mark.
Untuk diketahui, dokumen pelatihan FBI pada 2021 menunjukkan bahwa penegak hukum AS dapat memperoleh akses terbatas ke pesan terenkripsi dari layanan seperti iMessage, Line, dan WhatsApp, namun tidak dapat mengakses Signal, Telegram, Threema, Viber, WeChat, atau Wickr.
Selain itu, meskipun pesan terenkripsi tidak dapat dicegat selama transmisi, laporan menunjukkan bahwa cadangan yang disimpan di layanan cloud dapat diakses oleh penegak hukum jika kunci enkripsi disertakan.
Untuk diketahui, dikutip dari statista.com, jumlah pengguna WhatsApp telah mencapai lebih dari 2,78 miliar orang dari seluruh dunia pada 2024, di mana Indonesia adalah salah satu pasar terbesar WhatsApp di Asia Tenggara dengan 86,9 juta pengguna aktif.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain