Jakarta, Aktual.com – Kondisi perekonomian nasional masih diselimuti ketidakpastian atau uncertainly. Bahkan tahun depan hal ini masih terjadi. Kelesuan ekonomi itu membuat laju pertumbuhan tak jauh dari level 5 persen.
Sehingga banyak pihak yang akan mengerem konsumsinya. Sehingga daya beli yang lesu di tahun ini bisa jadi di tahun depan masih akan terulang.
“Perekonomian Indonesia cuma bisa tumbuh pada kisaran 5%. Karena masih ada kelesuan ekonomi sebagai dampak dari uncertainly dan agresitivitas pajak yang menyebabkan konsumen cenderung mengerem konsumsi,” ujar Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada, A. Tony Prasentiantono di Jakarta, Senin (20/11).
Ditambah lagi potensi di tahun depan masih akan terjadi uncertainlay. Beberapa faktor seperti stabilitas harga komoditas, stabilitas rupiah, peningkatan investasi, arus dana masuk (capital inflows), dan faktor inflasi diprediksi masih tetap rendah.
“Sehingga dengan segala upaya pemerintah pertumbuhan ekonomi tahun depan paling tinggi 5,3%, padahal potensinya bisa lebih tinggi,” ujar Tony.
Menurutnya, saat ini pertumbuhan ekonomi di tahun depan masih akan berat karena faktor Volatility (volatlitas), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity (kompleksitas) dan Ambiguity (kondisi ambigu) atau VUCA. Ini yang akan menjadi penghalang perekonomian.
“Jadi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari 5,3% belum memungkinkan terjadi. Karena faktor VUCA itu yang cukup kuat,” kata dia.
Padahal, katanya, pertumbuhan ekonomi di lndonesia masih bisa meningkat ke level 6-7% di kemudian hari. Apalagi saat ini pemerintah tengah giat membangun infrastruktur yang dampaknya baru dapat dirasakan jangka panjang.
“Perkembangan nilai lndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini juga menunjukan optimisme pasar terhadap prospek perekonomian Indonesia,” tegas dia.
(reporter: Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka