Jakarta, Aktual.com — Harga minyak dunia menguat pada Selasa (23/2) pagi WIB, karena para pedagang mempertimbangkan berlanjutnya pembicaraan pembekuan produksi oleh produsen-produsen minyak mentah utama di pasar global yang kelebihan pasokan.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik 1,84 dolar AS menjadi berakhir di 33,16 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April, patokan minyak Eropa, bertambah 1,68 dolar AS menjadi menetap di 34,69 dolar AS per barel di perdagangan London.
Kyle Cooper di IAF Advisors mengatakan ada “lebih banyak dan lebih banyak pembicaraan tentang apa yang OPEC akan lakukan, tingkat pasokan macam apa yang dapat kita harapkan dari OPEC, jadi itu yang berkontribusi terhadap kenaikan di New York.” Muhammadu Buhari, Presiden Nigeria, produsen minyak terbesar Afrika, memulai kunjungan selama seminggu ke Teluk pada Senin berupaya keras untuk mengurangi kejatuhan harga.
Perjalanannya dimulai di anggota utama OPEC Arab Saudi, di mana ia bertemu dengan Raja Salman bin Abdulaziz dan pejabat-pejabat senior Saudi.
Pekan lalu Arab Saudi dan negara non-OPEC Rusia, dua dari tiga produsen minyak terbesar dunia — Amerika Serikat adalah yang ketiga — mengumumkan kesepakatan untuk membekukan produksi pada tingkat Januari jika produsen-produsen besar lainnya mengikuti.
Daniel Holder dari Schneider Electric mengatakan ada konsensus pasar bahwa perjanjian tidak akan mempengaruhi harga, karena tidak akan mengurangi pasokan.
“Namun, ada kesimpulan lebih bijak dari pertemuan ini: Kesempatan bahwa Rusia dan Arab Saudi dapat bekerja sama dalam permainan sederhana ini menyokong kemungkinan bahwa negara-negara akan bekerja sama pada pemangkasan produksi,” Holder mengatakan dalam catatan kliennya.
Proyeksi baru dari Badan Energi Internasional (IEA) pada Senin juga memberi dukungan terhadap pasar.
IEA memperkirakan produksi minyak serpih (shale oil) AS akan turun hingga 2017 sebelum pemulihan secara bertahap harga minyak akan mendorong kembali produksi.
Dalam Laporan Pasar Minyak Jangka Menengah-nya, IEA memperkirakan bahwa produksi minyak serpih AS akan turun 600.000 barel per hari (bph) tahun ini dan turun lagi 200.000 barel per hari pada tahun depan.
“Meskipun para pedagang mungkin membeli pada berita (minyak serpih AS), kami mencatat pandangan bahwa penurunan jumlah rig pengeboran AS akan diterjemahkan ke dalam penurunan dalam produksi telah beredar luas selama lebih dari 12 bulan dan laporan terbaru ini adalah benar-benar hanya daur ulang dari tema ini,” kata Tim Evans dari Citi Futures.
Menurut laporan perusahaan jasa minyak Baker Hughes pada Jumat, jumlah rig minyak AS anjlok 26 rig menjadi 413 rig dalam pekan yang berakhir 19 Februari, tingkat terendah sejak Desember 2009.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan