Jakarta, Aktual.com — Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) menyebut kereta cepat yang diusung pemerintah kurang efektif, jika masih ada infrastruktur lain yang terbengkalai.

Menurut Ketua Umum Asperindo, Muhammad Kadrial, saat ini kondisi infrastruktur masih belum terlalu menjunjang di industri logistik, apalagi infrastruktur untuk akses menuju pelabuhan, bandar udara, termasuk stasiun.

“Mungkin bagi pemerintah proyek kereta cepat itu penting. Tapi bagi pengusaha logistik belum terlalu. Karena masih banyak proyek infrastruktur yang perlu dibenahi,” kritik dia di Jakarta, Senin (21/3).

Dia kembali menambahkan, jika dibandingkan dengan proyek tol laut, maka proyek kereta cepat ini kurang penting. Mengingat jika proyek ini jadi, dan infrastruktur lain tidak dibenahi, maka biaya logistik tetap mahal.

“Mestinya pemerintah fokus dengan konsep nawacitanya, antara lain membangun tol laut, bukan kereta cepat,” tegas dia.

Menurut dia, memang kalau logistik itu dikirim menggunakan kereta cepat bisa saja cepat, akan tetapi tetap saja jadi mubazir ketika akses menuju kereta cepat menjadi masalah.

Dia mencontohkan ketika pengiriman dari Bekasi ke Bandara Soekarno Hatta bisa selama tiga jam, sementara untuk bongkar muat barang bisa selama tiga jam. Artinya kalau pergi-pulang bisa sampai sembilan jam.

“Sehingga sehari bisa hanya satu pengiriman. Makanya kalau infrastruktur tidak dibenahi, proyek lain termasuk kereta cepat, kurang efektif,” tandas dia.

Apalagi saat ini, dalam hal arus logistik ini, di tingkat kementerian malah muncul kebijakan yang saling tumpang tindih. Karena selama ini tidak kementerian yang fokus untuk mempermudah arus logistik agar biayanya semakin rendah.

“Itu bukti nyata pemerintah saat ini kurang efektif. Bahkan di tingkat Menko pun masih kurang baik mengatur tata logistik ini,” tegas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan