Berdasarkan data yang diterbitkan BI pagi ini, kurs rupiah berada di angka Rp13.329 per dolar AS, terdepresiasi tipis 0,2% atau 3 poin dari posisi 13.326 kemarin. Pada saat yang sama, nilai tukar rupiah terpantau menguat 0,03% atau 4 poin ke Rp13.327 per dolar AS di pasar spot, setelah dibuka dengan penguatan hanya 0,01% atau 1 poin di Rp13.330.‎ AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Laju nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (USD) ternyata tak bisa manfaatkan peluang sentimen penutupan pemerintahan AS (government shutdown) yang dilakukan oleh Presiden Donald Trump.

Di saat mata uang lain mengalami penguatan, karena USD terus melemah. Rupiah justru ikut-ikutan melemah.

Mengutip Bloomberg hari ini, rupiah dibuka di posisi 13.328/USD atau mengalami pelemahan 13 poin dari penutupan akhir pekan lalu di level 13.315. Bahkan terus alami pelemahan hingga ke level 13.335.

Menurut analis pasar uang PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada mestinya momen government shutdown ini membuat laju rupiah bertengger di posisi menguat, karena laju USD melemah. Imbasnya tentu positif bagi Rupiah.

Ternyata segala sentimen itu tak direspon positif oleh pelaku pasar. Di Eropa sendiri ada sentimen kebijakan Bank Sentral Uni Eropa (ECB) yang membuat laju EUR terapresiasi.

“Sementara imbas tetapnya suku bunga acuan Bank Indonesia di level 4,25 persen, dan sentimen positif lainnya ternyata tak mampu membantu Rupiah terapresiasi,” ungkap dia di Jakarta, Senin (22/1).

Dia menegaskan, pergerakan Rupiah yang di akhir pekan lalu melewati target resisten di level 13.340 memberikan peluang lanjutan untuk kembali terapresiasi. Namun ternyata tak mampu mengangkat laju rupiah.

Dengan kondisi seperti itu, dia masih berharap adanya momentum penguatan Rupiah dapat kembali berlanjut.

“Diperkirakan support Rupiah akan bergerak di kisaran 13.355 dan resisten rupiah di posisi 13.278,” ungkap dia.

Reporter: Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Eka