Lampung Selatan, Aktual.com – Sejumlah warga di Desa Way Muli Timur dan Desa Way Muli, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung yang mengungsi ke gunung, mengaku trauma untuk turun mengingat aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) masih aktif.
“Saya trauma, saya tidak berani turun,” kata salah satu warga Way Muli Tumur yang mengungsi di pengungsian Pegunungan Rajabasa, Suminta, Jumat (28/12).
Dia mengatakan, bencana tsunami telah merusak sebagian rumah beserta perahu miliknya yang biasa dipergunakan untuk usaha.
“Rumah saya sebelah bagian kanan jalan dan tidak membelakangi laut. Beruntung rumah saya cuma sebagian yang rusak dan terpenting keluarga saya tidak jadi korban,” katanya menerangkan.
Selain berprofesi sebagai nelayan, Suminta dalam kesehariannya menjadi seorang guru ngaji untuk anak-anak sekitar. Saat kejadian, dirinya tidak mendapati tanda-tanda akan terjadinya tsunami.
“Pas mereka teriak-teriak ada tsunami ada tsunami, saya langsung lari bersama keluarga saya menaiki dataran tinggi arah gunung. Pada saat itu, saya tidak tahu lagi selanjutnya,” kata dia.
Warga lainnya, Pajri, saat kejadian dirinya saat itu sedang berada di Pelabuhan Bakauheni. Saat itu ia ingin menyeberang ke Pelabuhan Merak mengantarkan kiriman menggunakan sebuah mobil truk.
“Hanya ada anak dan istri saya yang berada di rumah. Dan untung mereka bisa selamat,” kata dia menjelaskan.
Namun, dia merasa ada keanehan ketika istrinya menghubunginya melalu sambungan telepon. Saat itu, istrinya mengatakan bahwa di desanya sedang dilanda banjir.
“Aneh aja, istri saya bilang banjir tapi saya berada di Bakauheni surut. Kan aneh, padahal sejauh apa sih Way Muli Timur dengan Bakauheni,” kata dia.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan