Jakarta, Aktual.com – Politikus PDIP Masinton Pasaribu mengatakan Mantan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Erick Thohir disebut-sebut bakal mengisi posisi menteri di pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin.
Namun Masinton membantah bahwa Erick akan menduduki posisi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Enggaklah. Namanya (Erick Thohir) memang ada tapi bukan untuk posisi itu (Menteri BUMN),” kata Masinton usai diskusi di Utan Kayu, Jakarta Timur, Jumat (18/10).
Nama Erick Thohir kian mencuat dalam beberapa terakhir ini, setelah melakukan kunjungan politik ke beberapa Tokoh Ketua Umum Parpol pendukung Jokowi.
Pengamat Ekonomi dan Politik, Salamudin Daeng menilai calon Menteri BUMN harus memiliki rekam jejak yang bersih. Artinya tidak memiliki catatan masalah seperti kasus korupsi.
Selain itu, Daeng juga meminta agar kandidat tersebut harus bebas dari konflik kepentingan pribadi. Sebab jabatan itu sangat strategis yakni mengelola ratusan perusahaan plat merah.
“Harus melepas kepentingan bisnisnya. Menteri BUMN harus punya visi sesuai amanat pasal 33 UUD 1945,” tegas Daeng saat dihubungi, Jakarta, Kamis (17/10).
Senada dengan Daeng, Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Muhamad Faisal mengungkapkan kekhawatirannya jika posisi Menteri BUMN berasal dari kalangan pengusaha seperti Erick Thohir. Seperti diketahui, Erick merupakan kalangan pengusaha yang memiliki jaringan bisnis yang begitu luas. Mulai dari bisnis media hingga batu bara.
“Ini akan menuntut Erick Thohir untuk memilah antara kepentingan bisnis pribadinya dengan perusahaan BUMN. Jadi sangat rentan (konflik kepentingan pribadi) menurut saya,” ujarnya.
Faisal pun berharap agar posisi Menteri BUMN dapat diisi oleh orang-orang yang memiliki integritas yang tinggi. Karena akan banyak kepentingan politik di dalam BUMN.
Analis Geopolitik Hendrajit menuturkan bahwa Erick Thohir adalah satu-satunya kandidat menteri yang disebut-sebut akan membawa kepentingan kelompok pebisnis di tengah hegemoni partai pendukung pemerintah.
Menurut Hendrajit, keberadaan Erick ini memang ibarat persaingan politik antara kelompok oligarki (parpol pendukung) melawan kelompok di luar parpol yang membawa kepentingan-kepentingan bisnis, setelah gagalnya Sandiaga Uno dalam pertarungan Pilpres.
“Erick Thohir dan Sandiaga Uno sebenarnya sama saja, karena sama-sama Astra Connections. Kelompok interest Group ini sebenarnya tidak komitmen dengan kekuasaan. Karena bagi mereka, kepentingan bisnis yang utama,” kata dia di Jakarta.
Hendrajit pun menambahkan kelompok ini bisa saja berbahaya, tetapi bisa juga tidak. Semuanya tergantung dari cara pandang mana posisi itu dilihat.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan