Pandeglang, aktual.com – Masjid Al Khusaeni yang berlokasi di Pantai Carita, Desa Sukajadi Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dibangun tahun 1889 atau enam tahun setelah meletus Gunung Krakatau 1883 kini mendunia.
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid ( DKM) Masjid Al Khusaeni Pantai Carita H Tata Suharta di Pandeglang, Selasa (26/4), mengatakan masjid berusia satu abad lebih itu banyak dikunjungi wisatawan asing yang menikmati panorama alam barat di Provinsi Banten dari berbagai negara di dunia melaksanakan shalat di masjid itu.
Wisatawan asing itu antara lain dari Negara Arab, Asean, Eropa dan Afrika.
Mereka melaksanakan shalat di Masjid Al Khusaeni Pantai Carita memiliki kekhusyukan juga suasananya cukup dingin dengan masjid kuno itu, katanya.
Pembangunan Masjid Al Khusaeni itu dilakukan setelah diterjang dahsyat letusan Gunung Krakatau.
Dimana saat itu, Al Khusaeni sedang berguru kepada Syekh Nawawi Al-Bantani di Mekah, Arab.
Dengan menerima informasi itu, Al Khusaeni kembali ke Tanah Air untuk kembali membangun masjid akibat dampak letusan Gunung Krakatau.
Kondisi Masjid Al Khusaeni pantai Carita bertingkat atau tumpang yang berjumlah empat tingkatan.
Arsitektur pengaruh lokal terlihat pada komponen pelipit seperti pada candi dan mustoko atau kubah.
Sedangkan, pengaruh asing terlihat pada tiang-tiang semu atau pilaster seperti pada bangunan kolonial.
Bentuk pembangunannya masih tipe bangunan kuno asli Indonesia.
Selama ini, kata Tata Suharta kondisi Masjid Al Khusaeni masih utuh pada bagian ruangan tengah dengan empat tiang penyangga juga mimbar dan genteng.
Diperkirakan bangunan masjid itu sekitar 85 persen masih asli dan hanya dua kali dilakukan pemugaran tahun 2005 dan 2007.
Pemugaran dan renovasi pembangunan itu pada bagian beton tiang depan, karena kondisinya miring akibat gempa, katanya.
Selain itu, juga pemugaran pada bagian tempat wudhu dan toilet.
Beruntung, bencana tsunami yang menerjang pesisir Pantai Carita tahun 2018 Masjid Al Khusaeni tidak terdampak, meski lokasinya di tepi pantai, tambahnya.
Selain itu juga siraman rohani usai shalat fardhu hingga diskusi pengajian, katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain