Purwokerto, Aktual.com – Sekitar 200 orang yang tergabung dalam Aliansi Badan Otonom dan Masyarakat Nahdlatul Ulama, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (17/9), berunjuk rasa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Purwokerto.

Unjuk rasa tersebut digelar massa Nahdlatul Ulama (NU), karena adanya empat oknum guru MAN 2 Purwokerto yang menghina ajaran NU saat mengajar di kelas.

Dalam unjuk rasa tersebut, massa membawa berbagai spanduk dan poster di antaranya bertuliskan “Jangan Nodai Profesionalisme Gara-gara Fanatisme”, “Banser Marah Empat Oknum Guru Lecehkan Akidah Siswa”, dan “Hukum Oknum Guru Penghujat Aswaja”.

Selain itu, massa menggelar orasi yang dilakukan oleh perwakilan badan otonom secara bergantian.

Koordinator aksi, Mujiono mengatakan bahwa kedatangan mereka ke MAN 2 Purwokerto, membawa misi jihad karena ulah guru yang menghina NU.

“Apa yang disampaikan oleh Yusuf Hariyadi, S.Pd.I., Drs. H. Samingan, Dra. Ummu Kulsum, dan Nidaul Mu’tamaroh, S.Pd.I. justru di luar materi dan menjurus pada permasalahan khilafiah yang menyinggung khilafiah orang lain, yakni NU,” kata Wakil Komandan Banser Banyumas itu.

Menurut dia, keempat orang oknum guru MAN 2 Purwokerto tersebut kurang profesional dan tidak netral dalam menyampaikan materi pelajaran.

Setelah cukup lama berunjuk rasa, perwakilan massa diajak untuk beraudiensi dengan pihak MAN 2 Purwokerto.

Turut hadir dalam audiensi tersebut di antaranya Ketua Banser Kecamatan Purwokerto Utara Suhardiman, Pembina Banser Banyumas Muktamir, Ketua Gerakan Pemuda Ansor Banyumas Tofik Hidayat, Ketua Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Banyumas Anwar Aziz, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banyumas K.H. Chariri Shofa, Kepala Seksi Pendidikan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas H. Ibnu Asadudin, Kepala MAN 2 Purwokerto H. Muslikh, dan keempat guru yang dianggap menghina ajaran NU.

Dalam kesempatan tersebut, Muktamir mengatakan bahwa kedatangan mereka ke MAN 2 Purwokerto dalam rangka mengingatkan para guru bersikap profesional, netral, dan tidak memberikan materi yang bersifat akidah atau khilafiah dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa.

“Terlebih ini (MAN 2 Purwokerto) merupakan lembaga pendidikan negeri milik pemerintah dan masyarakat umum,” katanya.

Menurut dia, apa yang disampaikan oleh empat oknum guru MAN 2 Purwokerto saat memberi pelajaran telah menyinggung dan melukai hati warga NU Banyumas.

Ia mengatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan dari para orang tua/wali murid dan siswa yang disertai dengan bukti rekaman terkait permasalahan tersebut.

“Para siswa dan orang tua/wali murid merasa tidak nyaman dengan apa yang disampaikan oleh keempat oknum guru tersebut. Kami ingin masalah yang berkaitan dengan akidah atau khilafiah cukup sampai sekarang saja dan jangan diulang kembali, mari kita bersama-sama menghargai perbedaan akidah,” katanya.

Terkait hal itu, Kepala MAN 2 Purwokerto H. Muslikh mengatakan bahwa pihaknya telah menerima pengaduan dari salah seorang siswa pada tanggal 2 September 2015 karena beberapa guru dalam memberikan materi pelajaran tidak sesuai dan mengaitkannya dengan masalah akidah.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya telah memanggil para guru tersebut untuk dinasihati agar dalam memberikan materi pelajaran lebih professional dan tidak mengaitkan dengan masalah akidah pihak lain.

“Kami sudah berusaha agar masalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan sangat sepakat bahwa masalah akidah jangan disampaikan di sekolah,” katanya.

Ketua MUI Kabupaten Banyumas K.H. Chariri Shofa mengatakan bahwa informasi terkait masalah khilafiah di MAN 2 Purwokerto sebenarnya telah terdengar sejak lama dan sudah berupaya meredamnya.

“Masalah ini mari kita selesaikan agar tidak berkepanjangan dengan catatan masing-masing pihak menyadari sehingga masalah ini jangan sampai ke ranah hukum dan sebaiknya diselesaikan cukup di ruangan ini saja sekarang. Masalah akidah biarkan berjalan dengan sendirinya, mari kita saling menghargai perbedaan dan menjalin ukhuwah islamiyah sesama umat muslim,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: