Jakarta, Aktual.com — Perusahaan produsen mie Jepang menyatakan kesiapan untuk mengurus berbagai persyaratan administrasi, termasuk sertifikasi halal yang disyaratkan untuk produk-produk makanan yang membidik konsumen masyarakat Indonesia secara lebih luas.

Kesiapan itu dilakukan menyusul minat investasi dari perusahaan produsen mie Jepang yang terletak di Prefektur Hyogo tersebut yang disampaikan melalui kantor perwakilan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di Tokyo, Jepang.

“Dari laporan yang diterima, saat ini banyak perusahaan Jepang mulai mempertimbangkan masuk ke Indonesia setelah melihat banyaknya restoran maupun toko kelontong Jepang di Indonesia. Artinya mereka sudah memiliki segmen pasar sebagai modal untuk menjual produk mereka,” kata Kepala BKPM Franky Sibarani dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (9/3).

Franky menuturkan, Prefektur Hyogo selama ini merupakan salah satu prefektur yang dibawah wilayah perwakilan RI KJRI Osaka yang kerap melakukan kegiatan promosi investasi dengan bekerja sama bersama perwakilan BKPM di Tokyo.

Ia mengapresiasi minat investasi yang disampaikan oleh produsen mie Jepang tersebut cukup menarik karena selama ini perusahaan-perusahaan Jepang yang masuk ke Indonesia mayoritas berhubungan dengan industri otomotif dan komponen.

“Ini menunjukkan bahwa minat investasi Jepang semakin beragam,” katanya.

Mengutip data yang disampaikan oleh perwakilan Jetro, disebutkan bahwa fasilitas yang ada seperti sekolah Jepang di Jakarta yang pada 2014 mencapai 1.199 murid.

Lembaga itu juga mencatat, secara nasional terdapat 16.000 ekspatriat Jepang, sementara di Jakarta terdapat 10.000 ekspatriat Jepang.

“Faktor-faktor mendasar tentang fasilitas ekspatriat di Jakarta khususnya ekspatriat Jepang tersebut justru menjadi informasi yang mendorong munculnya minat-minat investasi baru dari Jepang,” ungkapnya.

Pejabat Promosi Investasi kantor perwakilan BKPM (IIPC) Tokyo Saribua Siahaan mengemukakan selama ini investasi dari negeri sakura tersebut banyak dikenal terdiri dari perusahaan elektronika, perusahaan otomotif dan komponen, serta produk garmen.

“Bidang usaha lainnya yang juga diminati adalah produksi semi konduktor dan alat-alat kelistrikan. IIPC Tokyo siap mengawal minat investasi yang disampaikan oleh investor dari Prefektur Hyogo tersebut,” imbuhnya.

Seiring dengan mulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN, investor Jepang mulai melirik untuk mengembangkan usaha di sektor makanan.

“Investor Jepang melihat bahwa ini merupakan peluang karena 40 persen plus penduduk ASEAN ada di Indonesia,” kata Saribua.

Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi Jepang di Indonesia sepanjang 2015 mengalami peningkatan sebesar 6 persen dibandingkan periode 2014.

Realisasi investasi Jepang tercatat sebesar 2,87 miliar dolar AS dengan total 2.030 proyek serta menyerap 115.400 tenaga kerja.

Kontribusi utama investasi Jepang masih didominasi oleh sektor manufaktur, khususnya sektor otomotif, elektronika dan permesinan, serta sektor kimia dan farmasi.

Sedangkan komitmen investasi Jepang pada 2015 mencapai 8,1 miliar dolar AS, meningkat 95 persen dari tahun sebelumnya.

Komitmen investasi tersebut berada di peringkat ketiga teratas dari daftar negara sumber komitmen investasi.

Di atas Jepang terdapat Tiongkok sebesar 22,2 miliar dolar AS, naik 42 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, kemudian Singapura yang naik 69 persen menjadi 16,3 miliar dolar AS. Di bawah Jepang, Korea Selatan juga mencatatkan kenaikan komitmen investasi 86 persen menjadi 4,8 miliar dolar AS.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan