Jakarta, Aktual.com — Warga Mesir tampak enggan pergi ke tempat pemungutan suara untuk memberi suara mereka pada hari kedua Senin (19/10).

Sebuah surat kabar yang terbit di Kairo menyebut suasana itu “suatu pemilihan tanpa pemberi suara” yang memperlihatkan tumbuhnya kekecewaan sejak tentara merebut kekuasaan pada 2013 dan berjanji memulihkan demokrasi.

Pemungutan suara mulai berjalan lambat, sehari setelah TPS-TPS yang dikunjungi koresponden kantor berita Reuters memperkirakan mereka yang memberi suara sekitar 10 persen, berbeda sekali dari antrian panjang dan antusiasme pada pemilihan 2012.

Anak-anak muda yang jumlahnya mayoritas dalam populasi di Mesir tak terlihat memberi suara mereka. Banyak orang melihat pemilihan itu sebagai pura-pura atau menyatakan ragu bahwa para anggota parlemen terpilih akan membuat perubahan.

Presiden Abdel Fattah al-Sisi telah mendesak warga Mesir untuk memberi suara mereka setelah melihat jumlah pemilih yang rendah.

Pada 2013, Sisi yang waktu itu kepala staf Angkatan Darat menggulingkan Mohamed Mursi presiden pertama Mesir yang terpilih secara bebas, dan menjanjikan suatu “peta jalan menuju demokrasi”.

Ia kemudian meluncurkan penumpasan sangat keras atas pembangkang dalam sejarah modern Mesir, memenjarakan ribuan pendukung Mursi dan juga aktivis dari gerakan Ikhwanul Muslimin dalam revolusi 2011.

Pemilihan presiden tahun lalu diperpanjang hingga tiga hari supaya angka pemilih meningkat. Media pro pemerintah turut mendorong warga untuk memilih. Hasilnya Sisi meraih 97 persen suara.

Saat ini, bahkan media Mesir yang loyal kepada pemerintah memberi perhatian khusus pada kurangnya minat warga untuk memilih.

“Suatu pemilihan tanpa pemilih,” demikian berita di halaman pertama harian bisnis Al-Mal. “Pemilihan tanpa antrian,” judul lain di halaman pertama harian Al Shorouk.

Bahkan harian pro pemerintah Al Ahram melaporkan tidak ada minat di kalangan anak-anak muda pergi ke TPS.

Dalam usaha untuk mendorong pemilih memberi suara mereka, para pekerja sektor publik akan menerima libur setengah hari pada Senin.

“Kami tidak kenal para calon ini jadi saya tidak memberi suara untuk seseorang yang tak berhak untuk mendapatkannya,” ujar Michael Bassili, 19 tahun, dari Alexandria.

“Sebagai pemuda kami berusaha ikut membenahi negeri ini dan akan bekerja untuk hal ini…tapi orang-orang ini hanya tertarik dengan uang dan diri mereka sendiri.”

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan