Agar masyarakat cerdas dalam beragama, menurut Purwo, perlu didukung oleh sistem pendidikan yang memiliki orientasi pada aspek spiritualitas, bukan sekadar pada pengetahuan atau nilai akademis semata. Namun, sayangnya sistem pendidikan di Indonesia belum optimal menyentuh aspek spiritualitas.

Menurut dia, hingga saat ini belum ada sistem yang mampu mendefinisikan secara tepat berapa nilai spiritualitas atau kelakuan atau budi pekerti siswa, sehingga hasil dari pendidikan kegamaan cukup dikonversikan sekadar menjadi angka-angka.

“Seolah-olah kalau angkanya 9 itu pasti akhlaknya baik, padahal angka 9 itu bisa cerdik untuk menghakimi orang atau mengafirkan orang lain. Inilah sistem besar yang sebetulnya perlu dievaluasi,” katanya.

ant

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby