Barang bukti pembuat uang palsu di kantor Dittipideksus Bareskirm Polri, Jakarta, Jumat (16/3). Dirtipideksus Bareskirm Polri bersama Bank Indonesia menggagalkan peredaran dan pembuatan uang palsu dengan menangkap enam tersangka dan menyita barang bukti berupa uang palsu siap edar, alat sablon dan sejumlah alat pendukung pembuatan uang palsu. AKTUAL/Tino Oktaviano

Pamekasan, Aktual.com – Kapolres Pamekasan AKBP Santria Permana meminta semua elemen masyarakat agar mewaspadai kemungkinan adanya peredaran uang palsu yang biasa marak beredar menjelang Lebaran.

“Sesuai dengan kebiasaan yang pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, uang palsu biasanya marak beredar menjelang Lebaran seperti sekarang ini,” katanya di Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (12/4).

Ia menjelaskan menjelang Lebaran permintaan terhadap barang semakin meningkat, sehingga transaksi jual beli di kalangan masyarakat juga meningkat.

“Dan peningkatan transaksi yang tinggi ini, rentan dimanfaatkan oleh oknum pelaku kejahatan peredaran uang palsu,” kata dia.

Karena itu, ia meminta masyarakat, terutama pada pedagang agar memperhatikan secara teliti tentang ciri-ciri fisik uang dengan melakukan ‘3D’, yaitu dilihat, diraba, dan diterawang.

“Uang bisa diraba kalau tidak ada kasarnya itu bisa jadi uang palsu, kemudian diterawang agar kelihatan gambar-gambar dari uang tersebut,” katanya.

Biasanya, sambung Kapolres, yang menjadi sasaran bagi oknum pengedar uang palsu ini adalah pedagang di pasar tradisional atau di pedesaan yang kurang mengerti dalam membedakan uang asli dan uang palsu.

“Jika ada warga yang menemukan adanya peredaran uang palsu ini, saya minta kerja samanya untuk segera melapor ke Mapolres Pamekasan,” pinta Kapolres.

Saat ini, sambung dia, pihaknya juga telah menerjunkan tim khusus ke sejumlah pasar tradisional untuk melakukan pemantauan dan penyelidikan.

“Ini juga sebagai bentuk antisipasi sekaligus gerak cepat,” kata dia.

Menurut dia, selama ini belum ditemukan atau belum ada warga yang melaporkan adanya peredaran uang palsu.

“Tapi prinsip kami adalah lebih baik mencegah daripada menindak pelaku pengedar uang palsu. Karena itu, imbauan ini juga perlu kami sampaikan kepada media agar bisa tersebar luas kepada semua elemen masyarakat,” katanya, menjelaskan.

Sesuai ketentuan, warga yang diketahui dengan sengaja menyimpan, dan mengedarkan uang palsu, maka bisa dijerat dengan Pasal 36 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang dengan ancaman hukuman penjara maksimal 15 tahun dan denda Rp10 miliar.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu