Jakarta, Aktual.com — Pemilihan Kepala Daerah Kalimantan Barat 2018 yang diselenggarakan secara serentak sudah di depan mata. Namun demikian, masyarakat Kalbar menolak adanya politik “Dinasti”. Hal ini terkait dengan pencalonan Karolin Natasya menjadi Calon Gubernur Kalbar.
Karolin yang menang menjadi Bupati Kab Landak mendapatkan penolakan sekitar 90,6 persen responden. Hal itu sesuai dengan survei yang dilakukan Pusat Kajian Opini Publik Indonesia.
Majunya Karolin tersebut, dianggap responden merupakan bentuk politik “dinasti” yang dipaksakan, agar kegagalan-kegagalan pemerintahan Cornelis bisa tertutupi oleh terpilihnya Karolin. Majunya Karolin dianggap responden tidak akan banyak membawa perubahan bagi Kalimantan Barat jika benar-benar terpilih.
Partai Gerindra pun dianggap salah usung dalam pilkada Kalbar ini. Terlebih, hampir 89,7 persen masyarakat berpendapat partai besutan Prabowo itu dianggap sudah salah usung Karolin, dan akan membuat pemilih Partai Gerindra dan Prabowo Subianto dalam pilpres 2014 lalu kecewa dan tidak akan memilih Gerindra dan Prabowo Subianto jika maju dalam pilpres 2019 nanti.
“Alasannya, suara yang sudah mereka berikan ke Gerindra pada tahun 2014, akan diberikan ke Karolin yang merupakan bukan Kader Partai Gerindra. Masyarakat juga beropini, Gerindra seakan sudah dijual dalam Pilgub Kalbar ini,” ujar Direktur Eksekutive PUSKOPI Andri Gunawan kepada wartawan, Selasa (13/11).
Artikel ini ditulis oleh:
Antara