Jakarta, Aktual.com — Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar KH Sadeli Karim menyatakan Mathla’ul Anwar tidak akan segan mengoreksi pemerintah jika menyimpang dan menyeleweng dari konstitusi termasuk nilai-nilai agama.
“Hubungan Mathla’ul Anwar (MA) dengan pemerintah tetap berjalan baik. Kalau pemerintah baik dan benar, maka MA akan berada di depan untuk mendukung pemerintah dalam bingkai NKRI,” katanya saat pembukaan Muktamar ke XIX dan Milad ke-100 MA di Alun-alun Kabupaten Pandeglang, Sabtu (8/8).
Namun, kata dia, kalau pemerintah menyimpang dan menyeleweng dari konstitusi maka MA tidak segan untuk melakukan koreksi. MA siap dan mengajak seluruh pihak bekerja sama bahu-membahu membangun bangsa ini.
Muktamar MA ke XIX dibuka Presiden Joko Widodo. Dalam kunjungannya presiden didampingi Menkopolhukam Tedjo Edy Purdijanto, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Agama Lukam Hakim Saifudin, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Kepala BIN Sutiyoso.
Sadeli juga mendambakan Indonesia menjadi bangsa yang cerdas, bermartabat, berdaya saing, berbudi pekerti luhur dan memiliki kualitas tinggi, dan itu merupakan wasiat dari para pendiri bangsa yang harus dilaksanakan oleh generasi penerus.
“Mathla’ul Anwar turut mengambil peran dalam mewujudkan cita-cita luhur itu,” kata Sadeli yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal pemilihan Proivinsi Banten tersebut.
Bagi MA, kata dia, cerdas adalah berilmu dan bermoral, artinya adanya keseimbangan antara sisi intelektual, emosional dan spiritual.
“Makna kecerdasan yang kami pahami sangat luas. Manusia yang cerdas yakni mampu menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi secara arif dan bijaksana,” katanya.
Karena itu, kata dia, MA yakin bahwa hanya dengan meningkatkan kecerdasan segala permasalahan yang dihadapi akan bisa diselesaikan.
Presiden Joko Widodo memberikan apresiasi pada MA yang selama ini telah berperan aktif dalam mencerdaskan dan malakukan pemberdayaan pada umat di Tanah Air.
“MA memiliki modal sosial dan kultural yang merupakan warisan para pendirinya, dan didukung oleh pondok pesantren. Jadi sangat potensial mencetak SDM Islam yang berintelektual. Modal sosial dan kultural ini dapat diterapkan dalam mengatasi segala permasalahan yang dihadapi,” katanya. Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar KH Sadeli Karim menyatakan Mathla’ul Anwar tidak akan segan mengoreksi pemerintah jika menyimpang dan menyeleweng dari konstitusi termasuk nilai-nilai agama.
“Hubungan Mathla’ul Anwar (MA) dengan pemerintah tetap berjalan baik. Kalau pemerintah baik dan benar, maka MA akan berada di depan untuk mendukung pemerintah dalam bingkai NKRI,” katanya saat pembukaan Muktamar ke XIX dan Milad ke-100 MA di Alun-alun Kabupaten Pandeglang, Sabtu.
Namun, kata dia, kalau pemerintah menyimpang dan menyeleweng dari konstitusi maka MA tidak segan untuk melakukan koreksi. MA siap dan mengajak seluruh pihak bekerja sama bahu-membahu membangun bangsa ini.
Muktamar MA ke XIX dibuka Presiden Joko Widodo. Dalam kunjungannya presiden didampingi Menkopolhukam Tedjo Edy Purdijanto, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Agama Lukam Hakim Saifudin, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Kepala BIN Sutiyoso.
Sadeli juga mendambakan Indonesia menjadi bangsa yang cerdas, bermartabat, berdaya saing, berbudi pekerti luhur dan memiliki kualitas tinggi, dan itu merupakan wasiat dari para pendiri bangsa yang harus dilaksanakan oleh generasi penerus.
“Mathla’ul Anwar turut mengambil peran dalam mewujudkan cita-cita luhur itu,” kata Sadeli yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal pemilihan Proivinsi Banten tersebut.
Bagi MA, kata dia, cerdas adalah berilmu dan bermoral, artinya adanya keseimbangan antara sisi intelektual, emosional dan spiritual.
“Makna kecerdasan yang kami pahami sangat luas. Manusia yang cerdas yakni mampu menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi secara arif dan bijaksana,” katanya.
Karena itu, kata dia, MA yakin bahwa hanya dengan meningkatkan kecerdasan segala permasalahan yang dihadapi akan bisa diselesaikan.
Presiden Joko Widodo memberikan apresiasi pada MA yang selama ini telah berperan aktif dalam mencerdaskan dan malakukan pemberdayaan pada umat di Tanah Air.
“MA memiliki modal sosial dan kultural yang merupakan warisan para pendirinya, dan didukung oleh pondok pesantren. Jadi sangat potensial mencetak SDM Islam yang berintelektual. Modal sosial dan kultural ini dapat diterapkan dalam mengatasi segala permasalahan yang dihadapi,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid