Jakarta, Aktual.com- Pernyataan Presiden Jokowi bahwa aksi demonstrasi ‘Membela Islam’ dengan menurunkan jutaan massa telah ditunggangi aktor politik, hal ini dianggap pernyataan yang berbahaya dan semakin memperkeruh suasana.
Sekretaris Jenderal Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan (HUMANIKA), Sya’roni menilai bahasa yang digunakan Jokowi sangat ‘bersayap’ dan menimbulkan multi tafsir.
“Publik bisa secara liar akan menerka-nerka siapa pihak yang dituduh presiden. Hal tersebut dapat mengundang kegaduhan baru,” ujarnya secara tertulis, Sabtu (5/11)
Kemudian katanya, secara pribadi sebagai peserta dari demo tersebut, dia merasa tersinggung atas tudingan seorang presiden. Menurutnya presiden tidak lagi menghormati etika berbicara dan tidak menghormati demokrasi dengan menuding peserta demo sebagai objek yang ditunggangi.
“Kami para demonstran yang melakukan aksi demonstrasi merasa terlecehkan oleh pernyataan presiden tersebut. Presiden secara tidak langsung telah menuduh para demonstran sebagai obyek tunggangan. Ini jelas tuduhan yang sangat menyakitkan dan sekaligus cerminan presiden yang anti kritik,” sesalnya.
Dia heran mengapa presiden tidak menyelesaikan akar permasalahan untuk menegakkan hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang diduga telah melakukan pelecehan terhadap agama?
Namun malah yang terjadi saat ini presiden bekerja mati-matian mencari kambing hitam untuk membela dan melindungi Ahok. Padahal tambahnya, tuntutan rakyat sangat sederhana yakni agar diberlakukan kesamaan didepan hukum.
“Jika presiden dengan seenaknya menuduh aksi demontrasi ditunggangi aktor politik, apa bedanya dengan publik yang menuduh Jokowi melindungi Ahok!” Tegasnya.
Untuk itu dia menyarankan agar Jokowi tidak mudah menyalahkan pihak lain. Lebih bijak lanjutnya, pemerintah melakukan instropeksi ke dalam tubuh pemerintahan.
Laporan: Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Andy Abdul Hamid