Masa depan pendidikan mereka mesti cerah dan dunia pendidikan perlu mengevaluasi diri agar pendidikan menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang tangguh, kompetitif di tengah persaingan global, serta berkepribadian bangsa yang luhur.
Masih teringat apa yang disampaikan Presiden Jokowi saat membuka Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNBK) pada 6 Februari lalu. Dalam rembuk yang berlangsung hingga 8 Februari itu bertema “Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan”.
Kepala Negara langsung menyoroti soal pendidikan budi pekerti masih menjadi pekerjaan rumah besar di Tanah Air. Saat itu Jokowi mencontohkan satu peristiwa memilukan dan mengenaskan tatkala seorang guru SMA di Kabupaten Sampang, Ahmad Budi Cahyono, meninggal dunia di tangan muridnya.
Ahmad Budi Cahyono adalah guru honorer yang mengajar seni rupa di SMAN 1 Torjun, Sampang. Dia meninggal dunia setelah dipukul oleh muridnya, berinisial HI, pada tanggal 1 Februari lalu.
Kasus itu tentu saja membuat Presiden Jokowi bertanya-tanya ada apa dengan pendidikan kita dan mengapa kasus itu bisa terjadi. Peristiwa tersebut menjadi catatan besar kita untuk mengevaluasi pendidikan nasional.
Kepala Negara juga menyoroti aksi perundungan (bullying) antarpelajar di berbagai daerah, termasuk di Jakarta yang banyak sekali terjadi, tawuran antargeng sekolah, penyalahgunaan narkoba, hingga perkembangan iptek yang bisa menghilangkan akar budaya bangsa.
Pendidikan karakter memang menjadi salah satu dari lima isu strategis yang dibahas dalam RNPK 2018. Isu strategis lainnya adalah soal ketersediaan, perlindungan, peningkatan, dan profesionalisme guru; pembiayaan pendidikan dan kebudayaan oleh pemerintah daerah; revitalisasi pendidikan vokasi dan pembangunan ekonomi nasional; dan membangun pendidikan dan kebudayaan dari pinggiran.
Artikel ini ditulis oleh: