Pari manta oceanic dewasa umumnya memiliki lebar hingga dua kali lebih besar dari jenis lainnya dengan diameter tubuh 4-5 meter dan dapat dijumpai pada aktivitas snorkling di laut dangkal berkisar 2-5 meter. Bahkan di lokasi tertentu, spesies berbobot hingga tiga ton itu bisa dijumpai di permukaan pesisir pantai.

Lembaga konservasi dunia International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah menempatkan pari manta dalam kelompok rawan terancam punah. Status itu merupakan peringatan bagi pemerintah untuk segera melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menghindari ancaman kepunahan spesies biota laut langka itu.

Pemandu wisata dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Raja Ampat, Aditya Dwi Saputra (33), memastikan berenang bersama pari manta sebagai aktivitas yang aman dan menyenangkan bagi wisatawan selama seluruh ketentuan berinteraksi telah disepakati.

“Pari manta adalah satu-satunya spesies pari yang tidak berbahay, sebab tidak memiliki racun pada duri di bagian ekornya. Berbeda dengan pari pada umumnya,” katanya saat bertukar obrolan di Pulau Manswar, Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (24/3).

Jika bersnorkling bersama pari manta, pelancong dibatasi maksimal lima sampai delapan orang. Selain itu, interaksi di dalam air dibatasi pada kedalaman air 3-4 meter serta larangan untuk menggunakan lampu kamera saat berswafoto.

Seluruh ketentuan itu untuk menghindari risiko penularan bakteri dari kulit pari manta yang diselimuti lendir. Selain itu, interaksi yang terlalu dekat berpotensi mengusik ketenangan pari manta yang dapat membuat mereka enggan kembali ke Raja Ampat.

Jika dalam kondisi cuaca yang bagus, pari manta berkoloni dalam kelompok terdiri dari 15 hingga 30 individu dalam satu wilayah perairan. “Pada bulan tertentu di Raja Ampat, cuaca yang bagus bagi pari manta adalah suhu yang hangat dan air berarus,” katanya.

Kibasan sirip berukuran raksasa serta gerakan gemulai di antara biota laut lainnya, memberikan sensasi tersendiri bagi pelancong saat berenang bersama pari manta. “Seperti melihat burung yang menari di dalam laut,” kata salah satu pelancong, Richard (32).

Wisatawan asal Lampung itu rela merogoh kocek Rp475.000 untuk dapat berenang bersama pari manta. Sementara bagi pelancong mancanegara dibanderol Rp950.000 per orang. Tarif itu untuk menebus Kartu Jasa Lingkungan yang berlaku selama setahun.

Habitat
Pada 30 November 202, Yayasan Reef Check Indonesia mengadakan pertemuan dengan pemangku kepentingan kunci untuk memaparkan hasil kajian sensus populasi dan pola pergerakan pari manta di Raja Ampat.

Hasil studi bertajuk Natural History of Manta Rays In The Bird’s Head Seascape, Indonesia, With An Analysis of The Demography And Spatial Ecology of Mobula alfredi ditunjukkan banyaknya situs agregasi atau area pembersihan tubuh pari manta di Selat Dampier dan Waigeo Barat, Raja Ampat. Selain itu, studi itu juga mengidentifikasi empat habitat pembesaran bayi pari manta di laguna Wayag dan Hol Gam.

Adanya urgensi untuk memantau situs agregasi pari manta itu, khususnya daerah pembesaran, dan adanya habitat pari manta yang belum diketahui mendorong YRCI untuk melakukan kajian tersebut di Raja Ampat pada April hingga November 2021.

Lokasi kajian yang dipilih di antaranya kawasan Konservasi Perairan Daerah Selat Dampier, Suaka Alam Perairan (SAP) Raja Ampat, dan Waigeo sebelah barat.

Tujuan dari kajian itu antara lain memahami penggunaan habitat bayi pari manta karang di daerah pembesaran, memahami pola migrasi pari manta di daerah yang masih belum banyak dikaji, memantau situs agregasi manta sekaligus mengeksplorasi habitat kritis lain yang belum pernah teridentifikasi.

Secara umum, terdapat tiga pendekatan yang digunakan, yaitu identifikasi fotografis, telemetri satelit, dan telemetri akustik pasif.

Setiap individu pari manta memiliki totol-totol dengan pola unik dan bersifat permanen pada bagian ventral tubuhnya. Pendekatan identifikasi fotografis memanfaatkan pola unik tersebut untuk membedakan antara individu pari manta satu dengan lainnya.

Dengan kamera bawah laut, foto identifikasi dari setiap individu pari manta didokumentasikan pada saat survei populasi yang dilaksanakan di lima lokasi, yaitu Laguna Wayag, Yefnabi Kecil, Hol Gam, Dayan, dan perairan di sekitar Arborek.

Kajian yang dilakukan dalam kurun waktu April hingga November 2021 itu menghasilkan 35 foto identifikasi pari manta karang (mobula alfredi) dari 29 individu yang berbeda.

Junior Community Development Reef Ceck, Derta Prabuning, mengatakan, sebanyak 15 individu dari 29 individu pari manta sudah ada di dalam katalog basis data pari manta di Raja Ampat, sedangkan 14 individu lain merupakan individu baru yang belum pernah didokumentasikan.

Dari 14 individu baru tersebut, enam di antaranya didokumentasikan di Laguna Wayag, enam individu di Yefnabi Kecil, dan dua individu lainnya di Manta Sandy dan Dayan. Yang menarik, 11 dari 14 individu merupakan bayi pari manta.  ​​​​​

Telemetri akustik pasif digunakan untuk memantau penggunaan habitat oleh pari manta dengan memanfaatkan sinyal akustik yang dipancarkan tag akustik. Sebanyak lima geotagging akustik dipasang pada Mei 2021 di Laguna Wayag satu unit, Yefnabi Kecil dua unit, Manta Sandy satu unit, dan Hol Gam satu unit.

Penerima gelombang akustik dipasang di bawah laut untuk menangkap sinyal akustik di tiga lokasi, yaitu Laguna Wayag, Hol Gam dan Yefnabi Besar pada April dan Mei 2021.

Hasil pemantauan dengan telemetri akustik pasif ini menunjukkan penerima gelombang akustik di Hol Gam berhasil merekam 16 deteksi akustik dari satu pari manta pada 30 Mei 2021 dan 14 Juni 2021, yang menunjukkan bahwa pari manta tersebut berada di sekitar penerima gelombang untuk beberapa waktu.

Di Yefnabi Besar, penerima gelombang berhasil merekam empat deteksi akustik dari dua individu yang berbeda pada10 Mei dan 23 Mei. Sedangkan temuan terbanyak terdapat di Laguna Wayag, yaitu 8.266 deteksi.

Deteksi itu direkam selama 99 hari yang berbeda dari total 110 hari durasi pemantauan yang menunjukkan bayi pari manta karang di Laguna Wayag terdeteksi hampir setiap hari selama sekitar 3,5 bulan.
.
Berbeda dengan telemetri akustik pasif, telemetri satelit digunakan untuk memantau rentang distribusi pari manta dengan memanfaatkan lokasi GPS yang dipancarkan oleh geotagging satelit.

Sebanyak lima alat geotagging satelit dipasang pada pari manta di Dayan dan Yefnabi Kecil, yakni dua situs yang sebelumnya belum pernah dipasang geotagging satelit. Dalam memasang satelit geotagging, prioritas utama adalah pari manta bayi dan dewasa.

“Sejumlah temuan menarik didapatkan dari penggunaan telemetri satelit pada pari manta ini. Satu pari manta bermigrasi antara KKPD Selat Dampier dan Raja Ampat, di mana temuan yang dipublikasikan di jurnal internasional pada 2018,” katanya.

Kegiatan kajian sensus populasi dan pola pergerakan pari manta merupakan implementasi proyek COREMAP-CTI World Bank yang dilaksanakan Yayasan Reef Check Indonesia melalui Indonesia Climate Change Trust Fund-Kementerian PPN/Bappenas, dan bersama pemangku kepentingan terkait lainnya.

Lantas, apakah anda tertarik untuk melancong ke Raja Ampat dan berenang bersama pari manta?

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Nurman Abdul Rahman