Jakarta, Aktual.com — Bank Indonesia (BI) mengaku akan menurunkan suku bunga acuan perbankan bulan depan. Namun untuk penurunan BI Rate tersebut, Bank Indonesia mensyarakatkan tiga catatan terpenuhi selama sebulan ini. Tiga hal tersebut yaitu pertumbuhan ekonomi tetap terjaga, laju inflasi kecil, dan tidak ada defisit neraca perdagangan.

“Kalau (ketiga faktor) ini terjaga, kami akan bisa melakukan penyesuaian BI Rate bulan depan. Dan, kami melihat ruang itu. Yang kami perlu waspadai terkait stabilitas sistem keuangan,” kata Gubernur BI, Agus Martowarojo, di Kompleks Perkantoran BI Jakarta, Jumat (22/1).

Namun rencana itu bisa saja terganjal jika tiga faktor tadi tidak berjalan sesuai ekspektasi BI. Apalagi BI sendiri masih mempertimbangan perekonomian global terkait rencana Federal Reserve AS yang akan kembali menaikkan suku bunga yang pasti akan berpengaruh pada sistem keuangan Indonesia.

“Tadinya (proyeksi) kami di bulan lalu menyebutkan akan ada empat kali kenaikan (Fed fund rate) di 2016. Mungkin sekarang kami perkirakan hanya dua kali kenaikan, tetapi tetap akan ada kenaikan. Jadi kita perlu waspada,” tandas Agus.

BI juga akan tetap mencermati dinamika ekonomi yang terjadi di China dan tren penurunan harga komoditas global yang saat ini sudah berdampak negatif kepada negara-negara berkembang. Seperti harga minyak dunia.

“Harga minyak dan komoditas lain sudah berdampak kepada negara-negara yang mengandalkan komoditas. Seperti Rusia, Brazil, dan Venezuela ada tekanan yang besar di nilai tukarnya,” tegas dia.

Meski begitu, ia menyebut pelonggaran kebijakan BI memang tidak hanya di BI Rate.

“Jadi, (kebijakan BI) bisa dalam bentuk BI Rate yang disesuaikan atau bisa juga dalam bentuk GWM (Giro Wajib Minimum) yang juga disesuaikan,” pungkas Agus.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka