Jakarta, Aktual.co — Suyono Noto Dwiryo (73), kakek asal Kebon Sirih, Jakarta Pusat ini berniat untuk keliling Indonesia dengan menggunakan sepeda sejauh 17.845 Kilometer. Mbah Yono sapaan akrabnya sebelumnya pernah mengayuh sepedanya hingga Aceh pada 2010-2012 lalu dengan tema “Aku Cinta Indonesia”.
Kali ini pria dengan enam orang cucu itu akan mengayuh sepedanya keliling Indonesia dengan tema “Maha Cinta Negeriku”. Dijelaskan Mbah Yono, saat ini Indonesia mengalami degradasi moral yang sangat akut. Tema tersbut sengaja diusungnya untuk kembali membangkitkan nasionalisme pemuda Indonesia untuk mencintai bangsanya.
“Maha cinta negeriku, supaya anak-anak Indonesia memahami arti cinta Indonesia itu seperti apa, Maha itu kan besar dan umum, Cinta itu saya cinta, Negiriku itu negerinya orang besar. Negeri ini negerinya orang besar. Yang besar pembelaannya untuk Negara ini,” kata Mbah Yono saat ditemui aktual.co dikediamannya, di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (19/5).
Aneh memang, anda akan dibuat heran dengan kakek yang sudah lansia ini, namun dia mengaku sudah membulatkan tekadnya untuk menggunakan sepedanya keliling Indonesia untuk yang kedua kalinya. Ketika ditanya apa yang mendasari dirinya senekad itu untuk bersepeda ditengah lanjutnya usia dan rambutnya yang nyaris tak berwarna, hanya satu kata yang keluar dari mulutnya, yakni silaturahmi.
Dikatakan anggota Komunitas Sepeda Menteng ini silaturahmilah yang membuat dirinya bertahan nomaden dari satu tempat ketempat lain dengan menggunakan sepeda.
“Silaturahmi juga menjadi niat saya. Selain untuk mengetahui aneka ragam budaya Indonseia, silaturahmi membantu saya selama perjalananan dan banyak yang saya temui disetiap tempat,” ungkapnya
Keliling Indonesia Direstui Menpora
Pada tahun 2010, pria 73 tahun ini telah memulai perjalanan pertamanya dengan tema “Aku Cinta Indonesia”. Diceritakan Mbah Yono, dia memulai perjalannannya dengan menceritakan niatnya kepada Menteri Pemuda dan Olahraga yang kala itu dipimpin oleh Andi Mallarangeng. Alhasil kata dari pihak kementerian sangat antusias dengan niatnya itu.
Kementerian Olahraga dan Pemuda pun memberikan restu kepada Mbah Yono untuk perjalanan menggunakan sepeda pancal keliling Indonesia yang ditandatangani Menpora Andi Mallarangeng kala itu. Meskipun mendapatkan restu dari Menpora Mbah Yono tidak serta-merta memanfaatkan nama besar menteri untuk melakukan perjalanannya itu. Dia juga tidak lupa meminta izin guna mendapatkan surat jalan dari kepolisian sektor Menteng, Jakarta Pusat dimana Mbah Yono berdomisili.
Demi misi membangkitkan Nasionalisme dan kecintaannya terhadap Tanah Air, Mbah Yono pun meninggalkan anak dan cucunya dengan bermodalkan surat rekomendasi dari Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KP3) yang berguna sebagai tiket masuk menumpangi kapal laut dari pelabuhan ke pelabuhan.
“Udah gak bayar, di kasih kertas nota, diorat-oret ini tolong dibantu, langsung naik kapal terus sampai kota berikutnya,” ujar Mbah Yono.
Selama perjalanan Mbah Yono mengaku menggantungkan hidupnya menjadi seorang pelukis, selain hobi bersepeda, pria yang lahir dari keturunan pejuang ini juga pandai melukis.
Dikatakannya dari hasil lukisan itulah dirinya bertahan hidup selain silaturahmi yang memberikan kekuatan kepadanya.
“Lukisan ini saya jual, ada juga yang beli, selain silaturhami, ini saya lukis di utara Indonesa, Pulau Sekatung,” ungkapnya sambil menunjukan karya lukisnya
Keluar Masuk Hutan Sampai Sarang Sparatis
Perjalanan Mbah Yono keliling Indonesia ternyat tidak hanya didasari niat yang kuat, tapi juga mental yang kuat. Pasalnya dalam perjalanan tidak semudah yang kita bayangkan, mungkin ketika anda mendengar kata “Keliling Indonesia” bayangan yang ada dalam kepala adalah jalan-jalan seperti kebanyakan orang dengan segala keindahan setiap tempat yang disinggahi.
Tapi tidak untuk Mbah Yono, dia bercerita banyak pengalaman pahit yang dialaminya saat melakukan perjalanan, mulai dari pembegalan hingga kendala sepeda rusak.
“Pernah saya mau dibegal, ada anak-anak muda, tapi saya jelaskan saya ini keliling Indonesia pakai sepeda, ya Allah melindungi, karena niat tadi dan silaturhami,” ungkapnya.
Begitu juga dengan kendala teknis yang dialaminya seperti ban sepeda bocor atau jari-jari sepedanya bengkok. Apabila lokasinya tidak ada bengkel Mbah Yono terpaksa menanganinya sendiri.
“Ya saya bawa alat-alat, seperti tang, obeng, pompa dan ban dalem, yang paling lama kalau jari-jari yang rusak bisa sampai 1 jam,” paparnya
Kendati demikian, tidak sedikit juga masyarakat yang sangat antusias melihat kedatangannya yang telah mengetahui dirinya melalui media massa sebagai kakek penggowes sepeda dari Sabang sampai Merauke.
Dari tempat ke tempat yang disinggahi, Mbah Yono juga tidak lupa menancapkan bendera merah-putih yang merupakan bagian dari misinya.
Yang paling mengerikan, diceritakan Mbah Yono, ketika dirinya tiba di Tanah Rencong, Aceh yang kala itu sedang dalam keadaan konflik. Suasana mencekam ditengah hutan sampai kota yang dipenuhi dengan bendera Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dimana-mana.
Dia mengaku tidak panik memasuki wilayah tersebut, meskipun dibelakang sepedanya berkibar bendera Merah-Putih. Ternyata hal itu menjadi perhatian para sparatis yang langsung mempertanyakan kedatangannya.
“Kamu siapa? dari mana? loh kok pakai bendera Indonesia, disini Aceh, saya orang Aceh,” kata Mbah menirukan pertanyaan para Sparatis.
Tidak gentar Mbah Yono pun menjelaskan kedatangannya apa adanya, bahwa dirinya adalah pesepeda dengan misi aku cinta Indonesia.
“Ya saya pakai bendera Indonesia, saya orang Indonesia,” Jawabnya kepada Sparatis
Alhasil dirinya pun diterima ditanah Rencong hingga mengibarkan bendera Merah Putih di kilometer “nol” nusantara pada titik ke tiga yang akhirnya mendapatkan ucapan selamat dari Gubernur Aceh Irwandi Yusuf ditahun kedua perjalannya pada 2011.
Tidak kapok, Mbah Yono yang semakin menua pun nekat untuk mengulangi perjalannnya pekan ini dengan tema “Maha Cinta Negeriku”.
Artikel ini ditulis oleh: