Jakarta, Aktual.com – Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara, menilai bank BUMN harus berhati-hati terkait dampak kredit macet jika Medco melakukan pinjaman modal untuk akuisisi dua anak perusahaan ConocoPhillips (COP). Pasalnya, utang Medco kepada bank BUMN terhitung besar untuk akuisisi saham sebelumnya, yakni PT Newmont.

“Bank BUMN harus penuh perhitungan dan bebas dari oligarki penguasa-pengusaha. Jangan sampai karena sesama teman, persyaratan diperlonggar,” kata Marwan di Jakarta, Rabu (21/9).

Sedangkan mantan Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas, sekaligus Pengamat Ekonomi dan Energi dari UGM, Fahmy Radhi mengapresiasi langkah PT Medco Energi Internasional Tbk. Menurutnya pengelolaan tambang memang sebaiknya dikelola perusahaan nasional (swasta) dibanding perusahaan luar. Diapun tidak mempermasalahkan jika Medco menggunakan dana Bank BUMN dalam bentuk pinjaman.

“Darimana dana digunakan Medco untuk akuisisi, termasuk pinjaman bank BUMN, tidak masalah sama sekali. Tentunya bank sudah menganalisis secara mendalam tingkat kelayakan akuisisi dan potensi kredit macet. Lahan migas yang dikelola perusahan nasional lebih berkesempatan gunakan hasil Migas untuk sebesar besarnya bagi kemakmuran rakyat,” katanya.

Seperti diketahui, PT Medco Energi Internasional Tbk telah melakukan kesepakatan akuisisi terhadap kedua anak perusahaan ConocoPhillips (COP) yaitu ConocoPhillips Indonesia Inc. Ltd. (CIIL) dan ConocoPhillips Singapore Operations Pte. Ltd. (CSOP) mencapai 40 persen saham.

CEO Medco Energi, Roberto Lorato menjelaskan perusahaan CIIL merupakan operator dari PSC South Natuna Sea Block B yang juga berperan sebagai Operator dari West Natuna Transportation System (WNTS). Sedangkan CSOP mengoperasikan Onshore Receiving Facility (ORF) di Singapura. Dia memperkirakan proses transaksi ini akan rampung pada quarter ke empat pada tahun ini.

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka