Tetapi kembali lagi bahwa tetaplah diperlukan sebuah daya tarik baru jika suatu event tak ingin ditinggalkan penontonnya. Serupa boleh jadi untuk kasus yang lain.
Salah Media Protes dari panitia maupun pelaksana Reuni 212 terkait sedikitnya media yang memberitakan ajang yang mereka gelar lebih merupakan bentuk kekecewaan.
Meskipun dari hasil penelusuran di berbagai media khususnya platform online, acara yang dimaksud diliput dan diwartakan sebagaimana fakta yang terjadi di lapangan.
Bahkan beberapa media papan atas menerjunkan tim khusus yang mencakup banyak wartawan disebar di berbagai titik untuk melakukan peliputan langsung.
Maka menjadi tidak beralasan ketika media kemudian dipersalahkan atas pemberitaan yang dianggap tidak ada padahal barangkali lantaran kejenuhan publik atas suatu kondisi tertentu.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid