Jakarta, Aktual.co — Pernyataan Presiden Jokowi telah mengawasi media dan melakukan analisa sebanyak 343 media, melalui mesin intelijen. Hal ini, terus menuai kritik, khususnya dari politisi parlemen. Wakil Ketua Komisi I, Tantowi Yahya mengaku kaget dengan pernyataan Presiden Jokowi yang dinilai mematai-matai ratusan media nasional. Sebab, pernyataan itu bertolak belakang dengan apa yang ditunjukan Jokowi dengan media massa sebagai media darling.

“Saya kaget membaca statement Pak Jokowi seperti khawatir dengan pers saat ini. Padahal yang kami tahu hubungan Jokowi sejak dia menjabat walikota, gubernur dan presiden terlihat sangat indah dan mesra. Jadi aneh kalau Jokowi saat ini memata-matai pers yang telah membantunya mengantarkannya menjadi presiden.

Bahkan, beberapa media cenderung memberitakan berlebihan apapun aktivitas Jokowi,” kata Tantowi, ketika berbicara depan Aktual.co, Kamis (8/1). Ia pun juga mengaku kaget ketika rekan-rekan media yang dikenalnya juga ternyata khawatir. “Asumsi, saya selama ini hubungan media dan Jokowi mesra. Jadi, saya kaget ketika dihubungi temen-temen media yang mengatakan mereka sudah mencium sejak lama isu ini,” ucapnya.

Lebih lanjut, Ketua DPP Partai Golkar Bidang Media ini juga menilai analisa intelejen terhadap media selalu dilakukan sebagai bahan masukan terhadap presiden dalam menentukan langkah-langkahnya. Namun tidak ada satupun presiden sebelum Jokowi yang mengemukakan hal itu. Apabila tujuan memata-matai media dalam rangka meredam kebebasan pers dalam perspektif media yang mengkritik pemerintah dianggap musuh maka itu dinilainya satu kemunduran.

“Setiap kegiatan diluar pemerintahan harus diobservasi dan diperhatikan pemerintah melalui BIN. Hal ini  dalam rangka memberikan masukan kepada pemerintah, dalam dimensi itu sah  saja, tapi memata-mataii pers untuk kepentingan untuk menjegal pers maka itu kemunduran dan tidak boleh dibiarkan karena kemerdekaan pers yang kita miliki saat ini didapatkan juga dengan pengorbanan darah dan air mata,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang