Jakarta, Aktual.com — Pengamat politik dari Kelompok Kajian dan Analisa Kebijakan Politik Indonesia Hendri Satrio menilai, manuver kubu petahana dalam jelang Pilkada DKI Jakarta sudah melewati ambang batas kewajaran. Khususnya manuver yang ditujukan kepada Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Hingga kini, partai berlambang banteng moncong putih itu memang belum menentukan siapa calonnya yang akan diusungnya dalam hajat demokrasi di DKI Jakarta 2017 nanti. PDIP masih mempertimbangkan dengan masak siapa yang paling layak diusung.
Di saat bersamaan, berbagai kelompok termasuk diinternal PDIP semakin aktif melakukan propaganda agar calonnya diberikan rekomendasi oleh Mega. “Megawati adalah politisi senior yang sudah banyak makan asam garam. Pada saat yang pas dia akan mengumumkan calon dari PDIP,” kata Hendri kepada wartawan, Senin (19/9).
Dalam penilaian Hendri yang juga pengajar Universitas Paramadina itu, saat ini Mega bukan hanya menghitung berbagai kemungkinan mengenai pasangan calon di Pilkada Jakarta. Mega juga mempertimbangkan situasi politik yang akan terjadi di tahun 2019.
“Mega tentu tidak mau salah pilih, karena bisa menggagalkan rencana partai di level nasional pada tahun 2019.”
Ditambahkan dia, dalam berbagai kesempatan publik sebenarnya bisa menangkap sinyal kepada siapa Mega memberikan rekomendasi. Dimana Mega kurang berkenan dengan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Akan tetapi, kelompok internal di PDIP terus-terusan menyorongkan nama Ahok sehingga publik percaya bahwa Mega akan memberikan rekomendasi ke Ahok. Manuver demikian dikhawatirkan akan mengganggu konsentrasi Mega.
“Manuver ini kalau berlebihan bisa mengganggu konsentrasi Ibu Mega. Sebaiknya semua pihak menahan diri, serahkan semuanya pada Mega,” ujar Hendri.
Laporan: Soemitro
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu