Jakarta, Aktual.com – Tahun ini, Rakyat Indonesia memperingati hari lahirnya Pancasila yang telah berumur 73 tahun. Kala itu, pada 1 Juni 1945 Ir Soekarno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) menyampaikan pertama kali ajaran, nilai dan prinsip Pancasila sebagai dasar bagi Indonesia tanpa teks sama sekali. Pidato ini kemudian disebut sebagai “Pidato Lahirnya Pancasila”.
Pada tahun 1958 dalam kursus Pancasila yang diadakan di Istana Negara, Bung Karno menegaskan, ‘…Lima hal inilah: Ketuhanan, Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Kedaulatan Rakyat, Keadilan Sosial’.
“Dulu, saya mengatakan, kalau ini dipakai sebagai dasar statis dan Leitstar dinamis, Insya Allah, seluruh rakyat Indonesia bisa menerima, dan di atas dasar meja statis dan Leitstar dinamis itu rakyat Indonesia seluruhnya bisa bersatu padu,” ujar Presiden RI ke-5, Megawati Soekarno Putri di Jakarta, Kamis (31/5).
Tahun ini, tepatnya 1 Juni 2018, adalah 73 tahun lahirnya Pancasila, Jas Merah mempersembahkan perangko peringatan 73 tahun lahirnya Pancasila dan Sampul Peringatan dengan tema “Tjamkan Pantja Sila!”. Koleksi ini terdiri dari 3 foto Bung Karno saat pidato di sidang BPUPK dan tulisan tangan Bung Karno “Tjamkan Pantja Sila!”.
”Semoga perangko ini menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia untuk tetap memegang teguh ajaran Pancasila yang disampaikan oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, duta Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Rieke Diah Pitaloka mengatakan ANRI memiliki satu arsip otentik pidato Muhammad Yamin yang bersejarah.
Pidato ini disampaikan di depan Rapat Rakyat, yang dihadiri Bung Karno dan para menteri. Peristiwanya terjadi pada perayaan ke-13 lahirnya Pancasila, 5 Juni 1945, di Istana Negara, Jakarta.
“Namun, pada arsip otentik tanggal 5 Juni 1958, Yamin secara eksplisit, di hadapan Rapat Rakyat, mengakui memang Bung Karno yang pertama mengucapkan pidato yang berhubungan langsung dengan ajaran Pancasila,” ujar Rieke.
Buku ini juga memuat secara utuh pidato Muhammad Yamin pada tanggal 5 Juni 1958. Arsip otentik Muhammad Yamin, arsip ANRI Nomor.545 ditampilkan agar pembaca dapat menjadi bagian dari pengungkapan sejarah bangsa.
“Sejarah adalah jati diri suatu bangsa. Suatu bangsa yang tidak tahu jati dirinya sendiri adalah bangsa yang limbung. Tidak bisa berdiri ajeg karena alas tempat berdirinya pun tidak panceg,” jelasnya.
Direktur Utama Pos Indonesia, Gilarsi Wahyu Setijono mengatakan bahwa PT Pos Indonesia bisa dikatakan sebagai miniatur Indonesia karena tersebar di seluruh wilayah indonesia.
“Dalam menjaga NKRI terlihat dari bukti fisik, yaitu kantor pos. Bukti non fisik adalah memasukkan sejengkal tanah diberbagai wilayah Indonesia dalam bentuk kodepos,” jelasnya.
Menurutnya, Founding Father Soekarno dahulu membuat Pos Indonesia menjadi perusahaan monopoli atas wakil negara. Namun mulai 2008, PT Pos diliberalisasi dan bukan monopoli lagi.
“Kolaborasi PT Pos dengan ANRI ikut memberikan pembinaan ideologi Pancasila bagi seluruh bangsa. Komunitas Filateli juga turut mengembangakan dengan mengadakan diskusi dan kegiatan yang positif,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka