Presiden kelima Indonesia Megawati Soekarnoputri berbicara saat menjadi keynote speaker dalam seminar nasional dan bedah buku Revolusi Pancasila di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Selasa (27/10). Buku Revolusi Pancasila merupakan karya Yudi Latif ini bercerita mengenai gagasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam Kesempatan tersebut, Megawati menunjukkan bahwa keseluruhan gagasannya menjadi masukan penting atas keseluruhan proses dialektika kehidupan berbangsa Indonesia. Tujuannya agar Indonesia bisa secepatnya menjadi bangsa yang berdaulat, berdikari, dan berkepribadian. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com — Kata Revolusi Mental sudah lama dikenal seperti yang termaktub dalam amanat presiden dalam peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Dimana dalam amanat itu, Presiden Soekarno mengatakan Bahwa sekarang kita berada pada taraf investment, yaitu taraf menanamkan modal-modal dalam arti yang seluas-luasnya: investment of human skill, material investment, dan mental investment.

Demikian disampaikan Presiden Kelima Republik Indonesia (RI) Megawati Soekarnoputri saat menjadi keynote speaker dalam acara bedah buku “Revolusi Pancasila” karya Yudi Latif, di Gedung JCC, Senayan, Selasa (27/10).

“Betapa pentingnya revolusi mental ini. Tanpa kekayaan mental, upaya pemupukan keterampilan dan material hanya akan melanggengkan perbudakan,” ujar dia.

“Bung Karno mengatakan: Lebih baik kita membuka hutan dan menggaruk tanah dengan kesepuluh jari dan kuku kita ini, daripada menjual serambut pun daripada kemerdekaan kita ini untuk dolar, untuk rubel,” tambah dia.

Ketua Umum DPP PDIP itu menjelaskan, dengan luas wilayah Indonesia yang sangat besar, Bung Karno menengaskan program ‘Nation and Character Building’, dimana dalam pandangannya Indonesia seringkali memberi nilai terlalu rendah pada bangsanya, alias bermental kecil.

“Bangsa Indonesia juga belum bisa terbebas dari mentalitas kaum terjajah, sehingga sering dihinggapi perasaan rendah diri (minderwaardigheidscomplex). Atas mentalitas terjajah inilah, maka Bung Karno menyerukan pentingnya revolusi mental sebagai gerakan hidup baru,”

“Yang bertujuan untuk melaksanakan revolusi mental sebagai cara membangun masyarakat yang dicita-citakan oleh Proklamasi 17 Agustus 1945.”

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang