Jakarta, Aktual.com – Beban Jakarta sebagai ibu kota dinilai sudah pada taraf yang sangat berat. Dengan demikian, perlu ada kota-kota tambahan untuk berbagi beban dengannya. Di antaranya terkait ketersediaan permukiman dan sistem transportasi publik yang baik.

“Kota penyangga itu kita menyebutnya hinterland. Kalau boleh dianalogikan, itu seperti pembantu rumah tangga, sangat dibutuhkan untuk kestabilan sebuah rumah tangga,” kata pakar perencanaan wilayah dan kota dari Universitas Islam Bandung (Unisba), Ina Helena Agustina dalam siaran persnya, yang diterima, Rabu (14/11).

Kebutuhan terhadap daerah penyangga ini, lanjut dia, muncul seiring dengan semakin padatnya jumlah penduduk dan harga rumah mahal di Jakarta. Para pekerja di Ibu Kota mencari tempat tinggal di pinggiran Jakarta yang nilainya relatif masih terjangkau.

Desakan kebutuhan permukiman ini, kata dia, lalu memunculkan kota-kota baru di wilayah penyangga. Biasanya kawasan permukiman berkonsep new town, memiliki fasilitas lengkap. Mulai dari tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, lembaga pendidikan, hingga rumah sakit. Sebab, menurut Helena, konsep new town adalah orang tinggal, bekerja, dan menjalankan aktivitas di satu kawasan tersebut.

Namun, di Indonesia tidak ada yang murni berperan sebagai new town seperti itu. Sebab, umumnya orang-orang yang tinggal di hinterland tetap bekerja di kota inti. Begitu pun yang tampak di Jakarta dan daerah-daerah penyangganya.