Jakarta, Aktual.com – Meski tengah memasuki hari-hari terakhir masa tenang kampanye Pilkada DKI, tiga isu masih terus saja bertebaran di media sosial terutama jejaring Twitter yang diduga sebagai upaya kampanye terselubung dari ketiga pasangan calon.

Analisis informatika, Ismail Fahmi, mencoba melacak penyebaran isu yang ada yakni soal Kartu Prioritas terkait Paslon Agus-Silvi, lalu Pasar Murah terkait Paslon Ahok-Djarot serta Kupon Minyak Gratis terkait Paslon Anies-Sandi.

“Di sosial media, yang lumayan ramai kemarin adalah tentang Kartu Prioritas dan Kupon Minyak, saya belum nemu status ramai tentang Pasar Murah, let me know kalau ada, biar lengkap analisisnya,” kata dia, Senin (13/2).

Hingga pagi ini, Fahmi telah memonitor 811 mention untuk keyword Kartu Prioritas dan 765 untuk keyword Kupon Minyak. Hasilnya, tren frekuensi mention keduanya ternyata mirip karena muncul bersamaan dalam banyak status yang dibagikan.

Menilik grafik, terlihat selebaran Kartu Prioritas pertama kali dilaporkan oleh akun @kemalarsjad pada pukul 14:14 WIB via Twitter, lalu jadi Most Retweeted dan mulai menyebar. Berselang dua jam, muncul Chipstory berisi rangkuman percakapan tentang isu ini.

Hanya perlu beberapa jam, kata dia, isu ini masuk ke media mainstream. Bawaslu DKI pun diberitakan tengah menelusuri penemu pertama dan sumber gambar untuk melacak kebenaran soal Kartu Prioritas dan Kupon Minyak Gratis tersebut.

Dari grafik SNA (Social Network Analysis) Drone Emprit, dimana semua percakapan kedua keyword diplot jadi satu, Fahmi dapat melihat lihat petanya. Akun @kemalarsjad sebagai penemu dan pelapor gambar kartu mendapat retweet paling banyak, di sampingnya ada akun @danrem yang mendukung.

“Dalam masa tenang seperti ini, tentu tidak ada kelompok yang mengaku. Mereka yang dituduh pasti merasa dirugikan jika itu benar hoax. Sebaliknya, mereka yang menyerang dengan bukti-bukti foto itu akan diuntungkan,” ujar co-founder media monitoring Awesometrics ini.

Bila benar nanti terbukti selebaran itu bikinan masing-masing timses, yang harus dibuktikan oleh Bawaslu, Fahmi berterimakasih pada siapapun yang melaporkan. Sebaliknya, jika selebaran tersebut hoax seperti sanggahan timses, maka pola pelaporan dan penyebaran akan bisa dibaca oleh publik.

Era media sosial telah memudahkan masyarakat menyampaikan gagasan, informasi, kampanye, bahkan propaganda serta hoax dengan sangat cepat dan mudah. Fahmi pun berharap, netizen agar dimanfaatkan untuk membangun demokrasi yang sehat dan memberdayakan, bukan untuk dipecah belah.

“Apresiasi yang tinggi kepada netizen yang melaporkan dan membahas temuan tentang selebaran, kupon atau apapun ke media sosial. Potongan-potongan berita lama-kelamaan akan membantuk pola dan cerita yang lengkap,” pungkas Doktor IT jebolan Universitas Groningen ini.

Laporan: Nelson Nafis

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby