Dirinya tidak memungkiri kalau pada waktu itu ada perang, ada jihad, ada perintah untuk berjihad dengan harta benda dan jiwa raga yang mana jihad itu untuk membela Tauhid yakni jihad untuk membela akhlak mulia, membela keadilan dan membela kesejahteaan.
“Tidak ada agresi, Nabi tidak pernah menyerang sana atau menyerang sini. Nabi perang di Badar karena agreosor dari kaum musyrikin dan orang-orang Quraisy menyerang Madinah maka Nabi hadapi di badar. Ketika Badar berhasil dimenangkan oleh Nabi, maka kaum kuffar atau kau musyrik bersekutu kembali untuk melakukan penyerangan kepada nabi dan terjadilah Perang Uhud dan seterusnya,” katanya menceritakan.
Melihat semacam itu, dengan kemudian kondisi umat Islam hubungannya dengan umat pemeluk agama yang lain juga sangat luar biasa bagusnya. Komunitas nasrani dari najran dari Yaman pernah datang berdialog dengan Nabi, diterima di Masjid Nabawi dengan amat sangat baik.
“Disitulah terjadi dialog tanpa kekerasan dan akhirnya aorang Nasrani dari najran semuanya memeluk Islam dan sampai sekarang Yaman adalah negeri Islam. Muhammad juga mengirim utusannya dan memberikan surat, yang isinya memberikan perlindungan. Dimana tidak boleh ada yang merusak gereja, mengganggu para pendeta. Para Pastor, anak-anak dan perempuan dijamin dan dilindungi oleh Rasulullah SAW. Jadi sejarah sudah membuktikan semacam itu, begitu damainya Islam,” kata mantan Dirjen Bimas Islam Kementrian Agama ini.
Melihat apa yang pernah dilakukan Rasullulah tersebut pria yang juga Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama Provinsi DKI Jakarta ini meminta kepada seluruh umat muslim untuk meningkatkan ibadah sholat 5 waktu dan menjadikan salat itu adalah Minhajul Mukminin, yakni sholat sebagai Mirajnya orang Mukmin, perjalanan spiritual orang mukmin, perjumpaan dengan Allah SWT. secara hakiki dan Tuhannya.