Jakarta, aktual.com – Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, menjadi salah satu wilayah yang terdampak banjir paling parah tahun ini.
Musibah ini bermula saat hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Jakarta sejak Selasa (31/12) hingga Rabu (1/1) pagi.
Banjir memang menjadi hal yang tidak asing bagi warga Cipinang Melayu. Wilayah permukiman di sini pernah beberapa kali mengalami banjir pada 2018 dan 2019.
Akan tetapi, volume banjir yang terjadi saat itu tidak sebesar sekarang hingga membuat banyak warga terpaksa mengungsi. Tercatat ada lima titik lokasi pengungsian di wilayah Cipinang Melayu, salah satunya terdapat di Universitas Borobudur.
Setidaknya ada 926 jiwa dari 926 jiwa yang mengungsi dari dua RW yang berada di Kelurahan Cipinang Melayu di Universitas Borobudur.
Total pengungsi laki-laki sebanyak 467 jiwa dan perempuan sebanyak 259 jiwa. Di antara 51 lansia, 114 balita dan delapan ibu hamil yang ditampung di sini.
Bantuan dari berbagai pihak juga telah berdatangan untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi, mulai dari obat-obatan, makanan, pakaian layak, hingga air bersih.
Namun tetap saja tinggal di pengungsian bukan tidak menyisakan masalah. Beberapa diantara para pengungsi mulai terserang penyakit.
Menurut Kepala Suku Dinas Kesehatan (Kasudinkes) Jakarta Timur, Indra Setiawan, para pengungsi korban banjir Cipinang Melayu yang berada di lokasi pengungsian Universitas Borobudur kebanyakan terserang ISPA.
“Kasus terbanyak ISPA, lalu penyakit kulit dan lambung. Mulai pagi ini kita akan ‘screening’ terhadap 926 jiwa dengan tujuan melihat mana dari mereka yang berisiko tinggi,” kata Indra saat ditemui di lokasi pengungsian.
Meski demikian, Indra menegaskan bahwa pihaknya telah mempersiapkan segala kebutuhan, seperti persediaan obat-obatan untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi terkait kondisi kesehatan pengungsi.
Imbauan
Lurah Cipinang Melayu, Agus Sulaeman mengimbau warga terdampak banjir yang mengungsi untuk tidak terburu-buru kembali dan tinggal di rumah meskipun banjir telah surut.
Agus menyarankan para korban banjir untuk tinggal sementara di lokasi pengungsian yang tersebar di beberapa titik di wilayah Cipinang Melayu.
“Sampai hari ini (pengungsi) bisa bertambah karena saya tidak sarankan untuk pulang,” kata Agus saat ditemui di lokasi pengungsian korban banjir di Universitas Borobudur, Jakarta.
“Kalau mau bersih-bersih atau mengamankan barang silahkan tapi tidak untuk tinggal karena cuaca dari informasi BPBD, dan BNPB belum normal,” kata Agus.
Imbauan tersebut wajar mengingat di Cipinang Melayu terdapat satu korban meninggal dunia akibat banjir. Korban atas nama Siti Hawa, usia 75 tahun meninggal akibat hipotermia di kediamannya.
Dawam, salah satu anak korban menceritakan saat banjir, ketinggian air sudah mencapai tiga meter hingga ke lantai dua. Saat itu sang ibu hanya tinggal berdua dengan ayahnya yang juga telah lanjut usia.
“Kayaknya di sana juga sudah meninggal. Tiduran di kasur, jadi dia di atas tempat tidur,” ujarnya.
Beruntung, sang ayah masih bisa diselamatkan setelah sebelumnya beredar kabar bahwa nyawanya tidak bisa diselamatkan.
Kenazah Siti Hawa sudah dikebumikan di tempat pemakaman umum yang tak jauh dari rumah.
Santunan
Kementerian Sosial akan memberikan santunan kepada keluarga korban banjir yang meninggal dunia berupa uang tunai sebesar Rp15 juta.
“Untuk korban meninggal kita berikan santunan kepada ahli warisnya sebesar Rp15 juta per korban jiwa,” kata Menteri Sosial Juliari P Batubara saat meninjau lokasi pengungsian korban banjir di Universitas Borobudur.
Data sementara Kemensos menyebutkan, korban meninggal dunia akibat banjir di wilayah Jakarta, Banten dan Jawa Barat berjumlah 19 jiwa. Di wilayah Jakarta Timur ada tiga orang yang meninggal dunia.
Kemensos telah berupaya untuk memenuhi segala kebutuhan pengungsi banjir selama di lokasi pengungsian.
“Kita harapkan bantuan yang diberikan tidak hanya dari Kemensos tapi juga dari masyarakat bisa mencukupi kebutuhan di sini,” ujarnya.
Kemensos berfokus untuk memberikan bantuan berupa makanan, hingga pemulihan trauma bagi para korban banjir.
“Fokus makanan, tenda, peralatan dapur, selimut, juga untuk trauma ada penanganan psikososial juga. Kita memberikan yang terbaik lah,” katanya.
Pemulihan trauma
Bagi korban musibah, pemulihan trauma menjadi salah satu hal penting yang dibutuhkan. Terlebih untuk pengungsi yang masih anak-anak.
Berkaitan dengan hal itu, sejumlah relawan dari Kampung Dongeng Indonesia memberikan hiburan kepada anak-anak pengungsi korban banjir Cipinang Melayu.
Awam Prakoso selaku pendiri Kampung Dongeng Indonesia mengatakan bahwa kegiatan ini dilakukan untuk memulihkan kondisi psikologis anak-anak pengungsi yang menjadi korban banjir.
“Kita memberikan keceriaan, kebahagiaan kepada anak-anak karena orang tua mereka terkena banjir luar biasa di Jakarta ini. Untuk itu kami memberikan keceriaan, kebahagiaan dan juga edukasi kepada anak-anak,” kata Awam.
Anak-anak yang ditemani oleh orang tua mereka tampak bahagia dan tertawa ketika mengikuti kegiatan dongeng dari para relawan tersebut.
“Kegiatannya ada bermain, terus berkreasi, dan nanti ada bercerita. Dan ini penting ditekankan ketika nanti anak mendengarkan cerita akan banyak sekali pesan mulia yang dapat diambil agar kedepannya lebih baik,” ujarnya.
Awam berharap kegiatan ini dapat membuat anak-anak melupakan trauma setelah mengalami musibah banjir beberapa waktu lalu.
Tim relawan ini akan setiap hari berada di sini memberikan pendampingan secara langsung kepada anak-anak. (Eko Priyanto)
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin