Jakarta, Aktual.com – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas bertemu dengan Menteri Urusan Islam, Dakwah, dan Penyuluhan Arab Saudi Syekh Abdullatif bin Abdulaziz di Mekkah, Arab Saudi, membahas perihal peningkatan kerja sama hingga promosi moderasi beragama.
“Hari ini, Alhamdulillah saya diterima Menteri Urusan Islam Syekh Abdullatif. Kami berdiskusi tentang rencana peningkatan kerja sama kedua negara dalam berbagai bidang, khususnya bidang dakwah dan penyuluhan Islam serta promosi terhadap moderasi beragama,” ujar Yaqut dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (20/11).
Menag mengapresiasi hubungan bilateral dan kerja sama di berbagai bidang antara kedua negara yang selama ini berjalan dengan baik. Kedua pihak lalu membahas sejumlah rencana optimalisasi kerja sama Indonesia dan Arab Saudi.
Sejumlah rencana kerja sama juga dibahas antara lain pertukaran dai/muballigh/pelatihan muballig, pengelolaan percetakan
Al Quran/pelatihan manajemen percetakan Al Quran, serta pentingnya pengelolaan wakaf.
“Kami juga mendiskusikan program wasathiyatul Islam, penguatan moderasi beragama,” kata dia.
Menag mengatakan rencana kerja sama ini sebenarnya sudah disepakati bersama, namun implementasinya terkendala pandemi COVID-19. Menag berharap rencana kerja sama ini bisa segera diwujudkan pada 2022 mendatang.
“Tahun depan, Indonesia menjadi pemimpin G20. Kami berharap Saudi bisa hadir untuk menjelaskan tentang Islam wasathiyah dan toleransi antarumat beragama,” ujar Menag.
Sementara itu, Menteri Urusan Islam, Dakwah, dan Penyuluhan Arab Saudi Syekh Abdullatif bin Abdulaziz menyambut baik rencana kerja sama dalam penguatan moderasi beragama. Menurutnya, Kerajaan Arab Saudi sejak dulu terus berupaya menyebarkan prinsip-prinsip Islam yang moderat.
“Saudi ingin mewujudkan keadilan dan perdamaian dengan sungguh-sungguh demi lestarinya kebaikan,” kata dia.
Ia mengenal masyarakat Indonesia sebagai orang-orang yang senang kedamaian, keadilan, dan nilai-nilai kemanusiaan. Karenanya, Saudi mengajak Indonesia untuk bersama memerangi terorisme. Tak kalah penting, memerangi penggunaan agama untuk kepentingan politik.
“Kami juga mengajak melawan dakwah yang penuh dengan ujaran kebencian, mengajak pada perpecahan dan permusuhan. Dakwah harus mengajak pada kebaikan, rahmah dan nilai-nilai toleransi,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
As'ad Syamsul Abidin