Jakarta, Aktual.com — Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin menegaskan, bahwa mantan anggota Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara) layak hidup normal dan perlu diajak komunikasi dengan cara yang penuh empati.
“Kita harus melakukan pendekatan yang berbeda terhadap saudara kita eks Gafatar ini. Apa pun pendekatan yang kita lakukan, harus dilakukan dengan penuh empati,” terang Menag, usai mengikuti rapat tertutup dengan Menko PMK Puan Maharani, Men PP dan PA Yohana Yembise, Mensos Khofifah Indar Parawansa dan Mendagri Tjahjo Kumolo di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, baru-baru ini.
Menag menengarai ada beberapa masalah yang dialami bekas anggota Gafatar. Masalah tersebut bisa terkait pemahaman keagamaan, masalah sosial, dan ada pula yang terkait persoalan hukum. Pemerintah, menurut Menag, masih menunggu fatwa MUI terkait faham keagamaan. Sedang tentang cita-cita Gafatar yang hendak mendirikan Negara Islam, Pemerintah menunggu hasil penyelidikan TNI dan Polri.
“Pemerintah akan bekerja sama dengan ormas-ormas keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, Al-Washliyah dan lain sebagainya untuk membuat sebuah langkah strategis agar masyarakat tidak terpengaruh dengan gerakan ini,” tutur Menag.
Menag mengkategorikan eks Gafatar ini menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah para ideologi. Mereka adalah para tokoh Gafatar yang secara sadar menyebarkan dan memiliki wawasan keagamaan yang diyakininya. Kelompok kedua adalah para penyebar ideologi. Mereka adalah anggota Gafatar yang kurang memiliki pemahaman keagamaan namun mempunyai semangat yang kuat dalam memegangi dan menyebarkan ide-ide Gafatar.
Kelompok ketiga adalah para pengikut, lebih tepatnya korban. Mereka menjadi objek ajakan dari kelompok pertama atau kedua.
“Tentu saja, penanganan ketiga kelompok di atas harus beda,” ujar Menag.
Menag berharap, kepada mantan Gafatar, masyarakat tidak main hakim sendiri. Menurut ia, pendekatan dialog dan empati harus di kedepankan karena masing-masing eks Gafatar mempunyai permasalahan yang sedikit banyak berbeda.
“Kami, Kemenag akan berusaha semaksimal mungkin untuk berperan serta memberikan pehaman Keagamaan yang moderat dan sejalan dengan ke-Indonesiaan,” kata Menag.
Kementerian Agama dalam beberapa hari terakhir terus pro aktif dalam ikut membina eks Gafatar. Ditjen Bimas Islam menerjunkan sejumlah penyuluh agama untuk berdialog bersama mantan Gafatar selama di tempat penampungan, misalnya di Asrama Haji Donohudan Solo, Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, dan Asrama Haji lainnya.
Artikel ini ditulis oleh: