Donald Trump Menangkan Pemilihan Presiden Amerika Serikat. (ilustrasi/aktual.com)
Donald Trump Menangkan Pemilihan Presiden Amerika Serikat. (ilustrasi/aktual.com)

Yogyakarta, Aktual.com – Pakar Hubungan Internasional UGM Yogyakarta, Nur Rachmat Yuliantoro, menilai terdapat sejumlah hal penting terkait kebijakan Politik Luar Negeri (Polugri) Amerika Serikat (AS) pasca dimulainya kepemimpinan Donald Trump.

“Dalam kerangka kepentingan nasional (Indonesia), Presiden Trump akan melihat Asia Tenggara sebagai kawasan dengan potensi yang terlalu besar untuk diabaikan,” ujarnya kepada Aktual, kamis (10/11).

Sebagai negara utama di Asia Tenggara, Indonesia sejauh ini telah menjalin kemitraan yang strategis dengan negara adidaya itu, baik bilateral maupun konteks ASEAN. Keuntungan hubungan ini bakal mendorong keduanya terus mengembangkan kerja sama di banyak bidang.

Menurutnya, sekalipun Trump mungkin akan membuat politik luar negeri AS di kawasan Asia Tenggara lebih agresif, potensi keuntungan dari relasi AS-Indonesia beserta negara-negara kawasan lainnya tetap jadi kalkulasi yang dipertimbangkan.

“Amerika Serikat dan Indonesia sama-sama saling membutuhkan, dan kehadiran seorang Presiden Trump tidak akan mengubah hal itu secara signfikan,” kata Rahmat.

Dalam politik luar negeri AS, dia melihat bahwa Trump sangat percaya pada ‘Keunggulan’ Amerika Serikat. Trump akan mendahulukan kepentingan nasionalnya meski diinterpretasi secara sempit dalam setiap relasi internasional negara tersebut.

Menarik melihat apakah Trump bakal memperdekat jarak dengan Rusia di bawah Putin, bersikap lebih keras pada Tiongkok yang sempat dituduh mengambil sebagian besar lapangan pekerjaan warga AS, termasuk juga rencana mendirikan tembok di sepanjang perbatasan AS-Meksiko.

“Serta melarang masuknya pendatang Muslim ke Amerika Serikat,” ujar peneliti Institute of International Studies ini.

Kesungguhan Trump yang akan melawan ‘Negara Islam’ dengan kekuatan militer yang lebih besar juga patut dinanti. Disamping itu, penyelesaian krisis Suriah lewat pendekatan militer yang lebih tegas dan TPP yang dinilainya sebagai sebuah perjanjian yang tak adil sehingga akan merugikan ekonomi AS secara umum, merupakan sejumlah hal yang layak ditunggu perkembangannya.

“Trump akan menjalankan politik luar negeri yang akan membuat AS menjadi bangsa yang ‘besar kembali’, sejauh mana pencapaiannya masih akan kita lihat di tahun-tahun mendatang,” imbuh Rahmat.

Dalam politik domestik AS sendiri, Rahmat menganggap masih terlalu dini memberi argumen perihal kebijakan politik di bawah Trump, namun yang pasti terpilihnya Trump bakal membawa berbagai konsekuensi yang tidak mudah bagi pemerintahannya maupun rakyat Amerika Serikat.

(Nelson)

Artikel ini ditulis oleh:

Nelson Nafis
Eka