Denpasar, Aktual.com — Pemerintah Provinsi Bali optimistis sembilan tarian dari Pulau Dewata yang diusulkan menjadi Warisan Budaya Dunia Tak Benda dapat ditetapkan dalam sidang UNESCO 1-2 Desember 2015 mendatang.

“Berdasarkan hasil rakor dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dijelaskan bahwa sesungguhnya itu (sembilan tarian) sudah masuk ‘list’, jadi tinggal ketok palu dan kesepakatan anggota UNESCO, peluang ditetapkan sudah 98 persen,” kata Kadis Kebudayaan Dewa Putu Beratha di Denpasar, Kamis (26/11).

Kesembilan tari Bali yang diusulkan untuk mendapatkan penetapan sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda adalah Tari Barong Ket, Tari Joged, Tari Legong Kraton, Drama Tari Wayang Wong, Drama Tari Gambuh, Topeng Sidakarya, Baris Upacara, Tari Sanghyang Dedari dan Tari Rejang.

UNESCO yang merupakan Badan PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaaan akan bersidang dari 1-2 Desember 2015 dan yang disidangkan ada 38 unsur dari berbagai negara. Untuk tari tradisi Bali mendapatkan urutan ke-18.

Dewa Beratha menambahkan, dalam sidang UNESCO tersebut, nantinya delegasi Indonesia akan dipimpin oleh Duta Besar Indonesia untuk UNESCO. Selain itu juga dihadiri perwakilan Kementerian Luar Negeri dan Dirjen Kebudayaan.

Sedangkan dari Bali sendiri, kata dia, akan diwakili oleh guru besar ISI Denpasar Prof I Wayan Dibia, beserta tiga orang penari.

“Di sana mereka akan menampilkan kesembilan tarian dalam waktu enam menit,” ucapnya.

Pandangan senada juga disampaikan budayawan Prof Dr I Made Bandem. Dia optimistis sembilan tari tradisi Bali itu bisa mendapatkan pengakuan dari UNESCO.

“Yang menguatkan pengusulan kita di UNESCO adalah sudah ada komitmen dari pemerintah pusat, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sudah menetapkan kesembilan tarian itu sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia,” katanya.

Lewat penetapan itu, ucap dia, menjadi jaminan bagi UNESCO bahwa tari yang diusulkan akan tetap hidup karena dipelihara dan dibina oleh pemerintah serta bisa mendapatkan pendanaan dari pemerintah, di samping masyarakat pasti tetap akan melestarikannya dalam bentuk berbagai kegiatan ritual.

Ia menambahkan, beberapa tarian itu juga bisa muncul dalam Pesta Kesenian Bali sehingga otomatis bisa memberikan pembinaan pada tarian tersebut. Apalagi ditambah sektor pariwisata yang juga memberikan stimulan terhadap keberadaan tari Bali.

“Jika dipadukan ketiga unsur pendukung itu, maka saya optimistis bisa mendapatkan dana untuk keberlangsungan tarian tersebut. Hal itulah akan memberikan keyakinan yang tebal pada sidang pleno UNESCO untuk memberikan pengakuan pada tari Bali,” ucap Bandem yang sedari awal sudah menjadi konsultan pengajuan sembilan tari tersebut.

Artikel ini ditulis oleh: