Meskipun lapangan tua dan sudah melewati fase perolehan minyak primer dan sekunder, daya tarik Blok Rokan tetap kuat. Sebagai lapangan migas terbesar di Asia Tenggara, serta tingkat produksi yang tetap bersinar selama puluhan tahun, wajar Blok Rokan menjadi incaran Pertamina dan Chevron. Terbukti dua raksasa migas siap bertarung memperebutkan hak pengelolaan blok tersebut.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat realisasi produksi minyak siap jual (lifting) Blok Rokan per Maret 2018, mencapai 212 ribu barel minyak per hari (bph). Dengan produksi sebesar itu, Blok Rokan mendominasi pasokan produksi minyak RI.

Kemampuan produksi Blok Rokan yang mumpuni saat ini ditopang oleh penggunaan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) di lapangan Duri, sumur minyak terbesar blok tersebut. Teknologi ini terbukti ampuh dalam meningkatkan produksi dan memperpanjang usia produktif lapangan-lapangan minyak tua.

Metode EOR yang dipakai di Duri adalah injeksi uap (steamflood). Teknologi ini membuat produksi Lapangan Duri lima kali lebih banyak dibandingkan dengan teknologi konvensional. Chevron mengklaim penerapan injeksi uap di lapangan Duri merupakan yang pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia.

Teknologi injeksi uap telah diaplikasikan di Duri sejak 1985 untuk meningkatkan produksi minyak berat (heavy oil) dari lapangan tersebut.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid