Dengan produksi sekitar 200.000 barel per hari dan harga minyak yang mencapai 65-70 dolar AS per barel, menurut Adiatma, tidak sulit bagi Pertamina untuk mengatasi pendanaannya.

Untuk pengembangan produksi, Pertamina juga menyatakan kesiapannya mengusung teknologi EOR tingkat lanjut untuk meningkatkan produksi di Blok Rokan.

Adanya dua kandidat tersebut, membuat pemerintah bersikap ekstra hati-hati dalam menentukan pemenangnya. Harus diakui tidak mudah bagi Kementerian ESDM membuat keputusan yang bisa memuaskan semua pihak. Apalagi suhu politik dalam negeri sedang memanas menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Pemerintah memang berkewajiban menjaga kesinambungan kualitas pengelolaan wilayah kerja Blok Rokan yang mencakup kemampuan teknis, finansial, dan memberikan hasil yang lebih besar bagi negara.

Namun, di sisi lain Pertamina juga perlu diberi kesempatan memiliki fondasi yang kuat untuk tumbuh makin besar sehingga diperhitungkan di kancah global.

Segala kemungkinan masih bisa terjadi dalam penentuan KKS Blok Rokan pascaterminasi.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid