Masyarakat Kampung Adat memilih untuk hidup dengan memegang teguh ajaran dan petuah leluhur. Hal tersebut ditunjukkan dengan keseharian mereka yang melestarikan kearifan lokal, menolak kesenian modern, dan memilih untuk tidak menggunakan listrik.

Warga adat Kampung Naga sama sekali tidak memanfaatkan listrik untuk menjaga rumah-rumah panggung mereka agar tidak terbakar mengingat semua bahan bangunan rumah berasal dari alam, seperti atap yang terbuat dari ijuk dan daun tepus serta tembok bilik dari bambu.

“Penyangga dari batu agar mencegah rayap,” ucap Darmawan.

Pintu dapur di rumah panggung Kampung Naga juga terbuat merupakan bilik sasak anyaman bambu agar warga kampung dapat menjaga api agar tidak membakar rumah.

Menurut penuturan Darmawan, Kampung Naga pertama dikunjungi oleh orang asing pada tahun 1980-an, yaitu oleh seorang warga negara Belanda. Sedangkan pengunjung lokal mulai ramai berkunjung ke Kampung Naga sekitar 1993-1994.

Darmawan mencatat sudah ada pengunjung dari 12 negara yang pernah berkunjung ke Kampung Naga.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby