“Karena air ini menambahi beban penahan tanah. Ini yang akan kami lakukan penelitian bersama Tim Labfor Polri untuk lebih mendetail mengenai persoalan robohnya tembok penahan tanah,” katanya.
Ia menjelaskan ada sebab yang mengawali proses terjadinya sinkhole, yakni jika ada rongga di bawah tanah di kedalaman tertentu. Rongga tersebut berupa ruang kosong di dalam tanah yang tentunya bisa mengurangi kekuatan struktur tanah untuk menopang beban di bagian atas. Sinkhole juga dapat terjadi karena adanya air yang masuk tanah. Air tersebut membuat tanah menjadi lunak. Tanah yang lunak, tentu tidak dapat menahan beban jalan atau apapun di atas tanah. Rongga itu penyebab utamanya adalah air. Jika ada aliran air di lokasi tertentu itulah, terjadi perlemahan. Tapi, itu konteksnya fenomena alam.
Pada kasus sinkhole di Surabaya, agak sedikit berbeda. Bedanya, amblesnya tanah di Jalan Raya Gubeng, tidak dapat 100 persen dikatakan fenomena sinkhole. Menurut Muji, insiden tersebut dapat dikatakan sebagai fenomena turunnya tanah secara cepat dan bersamaan atau bisa dikatakan semi sinkhole. Artinya, tanah longsor dan membentuk lubang, akibat dari konstruksi benda-benda di dalam tanah. Dapat dikatakan, runtuhnya dinding yang berfungsi menahan beban jalan (aspal/tanah). Menurut Muji, kalau sinkhole biasanya lokal. Tapi bisa merambat ke mana-mana. Dimensi lubang sinkhole sekitar 10×20 meter. Namun kedalamanya bisa sampek 30 meter tergantung aliran airnya kedalaman sampai berapa.
Fenomena sinkhole juga punya gejala. Biasanya, terjadi secara tiba-tiba. Jika dilihat dari atas, terjadinya sinkhole akan berlangsung mendadak dan cepat. Kasus amblesnya tanah di Jalan Raya Gubeng, menurut Muji, karena ada aliran air di dinding atau tembok penahan tanah pada proyek pembangunan “basement” RS Siloam. Muji menduga, para pekerja tidak mengatasi rembesan air pada tembok penahan tanah dengan optimal. Kemungkinan, hanya dengan cara disemen atau upaya temporer yang lain. Sebetulnya, kata Muji, sudah ada rembesan air di dinding-dindingnya. Hanya saja, tidak dipahami 100 persen oleh para pekerja karena tidak mengerti detail kondisi yang berbahaya seperti itu.
Akiabtnya, ketika tanahnya ambles, kejadiannya begitu cepat. Meski ada juga fenomena sinkhole yang memiliki gejala berupa getaran selama beberapa detik atau menit. Adapun solusinya, menurut Mudji, menambal lubang sinkhole di ruas jalan yang dapat dilakukan dan diselesaikan selama sepekan, seperti kasus sinkhole di Jepang, beberapa waktu lalu. Namun, perlu diingat proses perbaikan atau penambalan tanah yang berlubang menggunakan material pilihan, seperti batu kerikil yang berkualitas dan kuantitas pasir yang cukup besar. Perbandingannya 60 persen pasir berbanding 40 persen batu kerikil.